You don't have javascript enabled. Good luck with that.

For a better view,
please rotate your phone

Kartini Pengawal Jalan Jakarta

Oleh :

Reza Pratama Putra

Minggu, 20 April 2025 | 391

Perempuan merupakan makhluk ciptaan tuhan yang begitu mulia. Dengan segala keistimewaannya, perempuan dapat menyelesaikan beban tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga sekaligus menyeimbangkan karir profesionalnya bagi kehidupan mereka.

Menjadi seorang perempuan di masa lalu tidaklah mudah. Kedudukan seorang perempuan kurang dihargai. Mereka hanya diposisikan tidak lebih sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. Perempuan tidak boleh bekerja dan hanya bergulat di dapur hingga dilarang keras mendapatkan pendidikan.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, tepatnya 21 April 1879 di Rembang, lahirlah seorang perempuan yang diberi nama Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat atau biasa disebut R.A Kartini. 
Putri bangsawan yang dibesarkan dalam lingkungan feodal dan kental dengan tradisi patriarki dan diskriminasi akan perempuan ini bangkit dari keprihatinan terhadap nasib perempuan Indonesia.

Kartini muda menunjukkan minat besar terhadap dunia pendidikan, bahkan kerap kali nekat belajar sendiri secara sembunyi. Itu karena status kebangsawannya yang tidak mengizinkannya mengenyam pendidikan tinggi.



Kartini menuliskan pemikirannya pada surat-surat yang berisi tentang pentingnya pendidikan dan emansipasi wanita dalam sebuah buku berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang". Buku ini menjadi salah satu karya sastra paling berpengaruh di Indonesia.

Salah satu kutipan R.A Kartini yang berbunyi "Jangan biarkan kegelapan kembali datang, jangan biarkan kaum wanita diperlakukan semena-mena" menjadi salah satu tonggak penting semangat emansipasi wanita untuk mendapat pendidikan layak dan hak yang sama dengan pria.

121 tahun telah berlalu sejak wafatnya R.A Kartini, namun semangat emansipasi wanita masih menginspirasi para wanita Indonesia. Memasuki era kemajuan zaman, kedudukan perempuan semakin diakui. Hal ini ditandai dengan banyaknya perempuan di Indonesia yang berprofesi layaknya seorang pria.

Semangat emansipasi wanita dari R.A Kartini salah satunya ditunjukkan Tria Yuliandri Putri, petugas Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta. Wanita kelahiran 2 Juli 1996 ini bergabung dengan Dishub sejak Oktober 2018 lalu. Setelah itu ia meniti karir sebagai petugas pemanduan dan pengendalian lalu lintas di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan.

Dengan motor besarnya, Tria kerap menerima tugas mengawal rute perjalanan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Di atas motornya, ia melaju bagai angin mengawal jalur lintasan pimpinannya sampai ke lokasi tujuan dengan aman dan nyaman.

Selama bertugas, ibu dua anak ini tidak pernah patah semangat dalam mengemban tugas di tengah berbagai problematika yang harus dihadapi di lapangan.


Ketangguhan Tria membuktikan bahwa menjadi seorang wanita sepenuhnya bukan berarti hanya bergelut di dapur. Seperti yang dikatakan R.A Kartini, "Bukan laki-laki yang hendak kami lawan, melainkan pendapat kolot dan adat usang". Kutipan ini mengartikan jika seorang wanita layak menjadi apapun yang ia inginkan selama tidak melampaui kodratnya sebagai seorang wanita.