Sudin Kebudayaan Gelar FGD Buku Sejarah Lokal Kepulauan Seribu
Suku Dinas Kebudayaan Kepulauan Seribu mengadakan Focus Group Discussion (FGD) tentang Penulisan Buku Sejarah Lokal Kepulauan Seribu di Ruang Penyu Gedung Mitra Praja Sunter, Jakarta Utara.
Ini kegiatan yang sangat positif
Kegiatan ini digelar secara hybrid dan diikuti kurang lebih 100 orang perwakilan dari setiap kecamatan dan kelurahan Kepulauan Seribu.
Wakil Bupati Kepulauan Seribu, Muhammad Fadjar Churniawan menilai, FGD ini sangat
250 Peserta Ikuti Wisata Budaya ke Setu Babakanpenting untuk memberikan berbagai macam informasi dan gambaran tentang sejarah dan budaya di wilayahnya.
"Ini kegiatan yang sangat positif
. Kita masih minim buku tentang sejarah dan budaya Kepulauan Seribu," ujarnya, Rabu (27/9).Menurut Fadjar, tradisi atau adat istiadat di Kepulauan Seribu saat ini sudah mulai menghilang, termasuk kuliner makanan khas pulau.
Sebagai contoh acara yang sudah jarang ditemukan seperti syukuran laut yang dahulu dilaksanakan setiap tahun di Pulau Kelapa Dua dengan berdoa bersama di atas perahu. Selain itu hajatan Pulang Babang dengan tradisi melaut berminggu-minggu atau berbulan lamanya.
Ia mengharapkan, kegiatan ini dapat mengantarkan masyarakat mengenal dan mengetahui lebih dalam tentang tradisi, adat istiadat, ketokohan serta sosial dan budaya di Kepulauan Seribu.
"Sejarah lokal memang sangat penting dalam pembelajaran. selain sebagai identitas, sejarah budaya juga dapat mengenalkan tentang lingkungan sekitar," ucapnya.
Kepala Suku Dinas Kebudayaan Kepulauan Seribu, Tony Bako mengutarakan, kegiatan ini untuk penyempurnaan penulisan Buku Sejarah Lokal Kepulauan Seribu, sebelum diluncurkan.
Dalam kegiatan tersebut, pihaknya meminta saran dan masukan dari para narasumber seperti para tokoh-tokoh budayawan dan sejarawan hingga masyarakat lokal.
"Sejarah Kepulauan Seribu itu luas. Tapi tahun ini kami angkat sejarah dari Pulau Tidung dan Pulau Panggang. Kita akan lakukan secara bertahap," akunya.
Menurut Tony, dalam buku ini nantinya akan menjelaskan warisan sejarah budaya tak benda dan benda di Kepulauan Seribu. Sebagai contoh warisan tak benda seperti kuliner, tarian, ritual di pulau. Sementara warisan benda yang berupa fisik atau material seperti bangunan cagar budaya Pulau Cipir, Pulau Onrust dan Pulau Kelor.
"Diharapkan buku ini bisa bermanfaat bagi anak cucu kita nanti," tandasnya.