"Anak-anak adalah anugerah terindah dari tuhan," ungkapan ini kerap kali digunakan untuk menggambarkan betapa berharganya kehadiran seorang anak yang membawa suka cita, kegembiraan dan gelak tawa dalam setiap keluarga.
Namun di balik kebahagiaan si kecil pada era modernisasi saat ini, ada sejarah kelam anak-anak Indonesia di era kolonial. Pada abad ke-19, saat Batavia menjadi pusat pemerintahan Hindia-Belanda, banyak anak pribumi menjadi korban eksploitasi tenaga kerja kolonial. Selama periode ini, anak-anak kehilangan akses pendidikan yang layak. Alhasil, setiap anak pribumi dipaksa bekerja di sektor rendahan seperti berdagang, menjahit hingga menjadi pembantu rumah tangga di keluarga Belanda.
Anak-anak pribumi terpaksa melakukan pekerjaan karena banyak dari keluarga mereka yang hidup dalam roda kemiskinan. Sehingga para orang tua tidak punya pilihan lain selain mengirim anak-anaknya bekerja. Praktik eksploitasi ini terus berlangsung hingga abad ke-20 yang memperburuk ketidaksetaraan sosial dan memperpanjang garis kemiskinan di kalangan pribumi hingga berdampak besar pada masa depan anak-anak di era itu.