Nyaman di Tengah Kemacetan
Oleh :
Nurito
Minggu, 16 Juni 2024 | 4633
For a better view,
please rotate your phone
Nurito
Minggu, 16 Juni 2024 | 4633
Kucari dan terus kucari-cari
Namun semua kursi telah terisi
dan akhirnya akupun harus berdiri
Bercampur dengan peluh semua orang
Dan bermacam aroma
bikin kupusing kepala
Serba salah, nafasku terasa sesak
Berimpitan, berdesakkan, bergelantungan.......
Memang susah, jadi orang yang tak punya
Kemana pun naik bis kota......
Cukilan syair lagu berjudul 'Bis Kota' yang dibawakan grup musik cadas legendaris God Bless ini menggambarkan kondisi angkutan umum Jakarta di era 80 hingga 90-an. Kala itu, kondisi angkutan umum di Jakarta memang terkesan tak manusiawi. Para penumpang pun mesti rela berhimpitan dalam bus, malah ada yang harus gelantungan di pintu untuk sampai tempat tujuan.
Kemajuan merupakan keniscayaan perjalanan sejarah. Seiring dengan perputaran waktu, alat transportasi massal di Jakarta terus berkembang menyesuaikan kebutuhan mobilitas warga yang makin padat. Beberapa angkutan umum seperti bus kota, Mikrolet, Metromini dan Kopaja yang sempat mendominasi jalan raya Jakarta di era 90-an berangsur tergusur dan akhirnya benar-benar menghilang pada 2015.
Periode Februari 2004 mungkin bisa jadi tonggak awal geliat perkembangan sarana transportasi umum di Jakarta dengan dioperasikannya Transjakarta yang memiliki jalur lintasan 208 kilometer. Konon, ini merupakan lintasan Bus Rapid Transit (BRT) terpanjang di dunia saat itu.
Menukil kata bijak bahwa kemajuan terdapat pada pencapaian arah, bukan perbaikan pada arah yang telah terjadi, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Perhubungan makin serius menggarap penerapan smart mobility melalui penggunaan transportasi umum dari yang beroperasi di jalan (Transjakarta) serta di atas (LRT) dan bawah bawah tanah (MRT).
Melalui pengembangan sarana transportasi umum ini, warga Jakarta bukan cuma diberi fasilitas angkutan yang memadai, aman dan nyaman, tapi juga dapat menghemat waktu dan biaya.
Dari segi pembayaran, penumpang juga tidak lagi direpotkan dengan uang tunai. Karena seluruh transportasi umum di Jakarta menerapkan sistem pembayaran menggunakan kartu elektronik melalui mesin tap-on yang tersedia.
Bukan cuma kendaraannya, fasilitas sarana pendukungnya pun sudah memadai. Apalagi, beberapa sentral halte sudah terintegrasi, sehingga penumpang dipermudah untuk pindah moda transportasi.