You don't have javascript enabled. Good luck with that.

For a better view,
please rotate your phone

Menikmati Surga Hijau Jakarta

Oleh :

Budhi Firmansyah Surapati

Minggu, 21 Juli 2024 | 4143

Saat kejenuhan menyergap, otak terasa buntu dan waktu seperti berlalu cepat tanpa jejak. Semangat yang biasanya membara, terasa pupus tersiram rasa enggan.

Tak ingin terlena dalam kejenuhan yang terasa menjadi beban, Richo pun segera memasukan laptop dalam tas, bergerak meninggalkan ruang kerja yang hari itu terasa sesak oleh tabir rutinitas.

Pria yang bekerja sebagai desain grafis salah satu perusahaan asing di kawasan Kalibata ini meluncur dengan sepeda motornya ke kawasan Tebet Eco Park di Jalan Tebet Barat Raya yang kebetulan tak terlalu jauh dari tempatnya bekerja.

Kejenuhan akan rutinitas yang membelenggu, seketika hilang oleh hembusan angin lembut nan sejuk saat kakinya mulai memasuki area taman seluas 7,3 hektare itu.

"Saya biasa ke sini, menuntaskan pekerjaan jika jenuh dan suntuk di kantor," ucap lelaki yang sudah lebih dari dua tahun menggeluti desain grafis ini.

Keteduhan dan kenyamanan yang kadang diselingi dengan kicau burung di taman ini dirasakan Richo seperti memberi nuansa indah pemicu inspirasi dan pembakar semangat.

"Semangat saya langsung muncul lagi kalau tuntaskan kerjaan di tempat yang nyaman seperti ini," akunya.

"Mungkin, karena selama ini saya tinggal di daerah panas ya," sambung Richo yang mengaku lahir dan tinggal di daerah Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara.

Hal serupa diakui Rizqi Hidayat yang bekerja pada salah satu kantor notaris di bilangan Tebet. Dia mengaku, kerap memanfaatkan Tebet Eco Park untuk mengerjakan tugas kantor atau sekadar berdiskusi dengan relasi serta rekan sejawat.

"Sambil duduk input data di laptop ditemani kopi, nyaman rasanya di sini. Suasana adem juga bikin pikiran selalu fresh, jadi tambah semangat," ujar warga Pondok Kelapa, Jakarta Timur ini.

Memanfaatkan Tebet Eco Park sebagai lokasi alternatif menunaikan tugas kantor itu diakui Rizqi dilakoni sejak setahun silam, tepatnya pascapandemi COVID-19 berakhir.

Selain suasana yang teduh dan nyaman, menurutnya, taman ini juga memiliki fasilitas penunjang yang memadai seperti toilet, musala dan tempat parkir yang dapat menampung 15 hingga 25 kendaraan.

Bukan cuma untuk mereka yang bekerja, taman yang resmi dioperasikan setelah direvitalisasi pada 23 April 2022 lalu ini juga dimanfaatkan pelajar untuk mengerjakan tugas kelompok seusai jam sekolah.

Seperti yang dilakukan Hane Dian Zulfa, siswi Kelas IX SMPN 265, Tebet. Ia dan sejumlah rekannya memilih Tebet Eco Park sebagai lokasi favorit untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah karena merasa nyaman, bersih dan adem.

"Dari sekolah, tadi kita sepakat ngerjain di sini karena nyaman, aman dan tempatnya bersih," tuturnya.

Selama ini, Tebet Eco Park memang menjadi salah satu taman di Jakarta yang menarik untuk dikunjungi. Taman yang beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 18.00 ini memiliki banyak fasilitas menarik bagi balita, remaja dan lansia.

Untuk anak-anak, di taman ini ada area children playground dengan fasilitas perosotan, mini wall climbing, rumah kayu miniatur reptil, jungkat-jungkit dan ayunan. Di sini juga ada jogging track yang menyusur di sejumlah area taman.

Taman ini semakin terlihat megah dengan berdirinya infinity link bridge atau jembatan yang menyambungkan area Taman Tebet Utara dan Taman Tebet Selatan. Jembatan setinggi enam meter yang dibuat menyerupai angka delapan ini menjadi salah satu tempat favorit untuk pengunjung berswafoto.

Lalu, ada plaza yang dilengkapi amphiteatre dengan kapasitas hingga ratusan audiens dan area piknik di bagian Taman Tebet Utara. Tidak hanya duduk santai, area piknik dengan fasilitas tempat duduk tersebut juga bisa dimanfaatkan warga untuk menggelar kegiatan barbeque.

Taman ini juga dilengkapi dua faviliun di bagian Utara dan Selatan taman. Faviliun ini bisa dimanfaatkan publik untuk menggelar berbagai kegiatan.

Pengelola Tebet Eco Park, Muhammad Ali menjelaskan, setiap hari minimal lebih dari 700 orang mengunjungi Tebet Eco Park. Mereka datang dari berbagai daerah di DKI Jakarta serta provinsi lain di Indonesia.

Dipastikannya, seluruh fasilitas di taman ini bisa dimanfaatkan warga secara gratis. Namun, untuk penggunaan paviliun, plaza amphiteatre dan kegiatan barbeque harus melalui proses konfirmasi dahulu pada pihak pengelola.

"Tidak dikenakan retribusi kok. Hanya pemanfaatan paviliun dan barbeque ini harus lapor dahulu ke pengelola agar tidak bentrok jadwal," ungkapnya.



Taman Literasi

Hampir serupa dengan Tebet Eco Park, fenomena pemanfaatan taman oleh publik juga terlihat di Taman Literasi Martha Chistina Tiahahu di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Taman yang berdiri di lahan seluas sekitar 9.710 meter persegi itu sejak direvitalisasi pada 21 Oktober 2021 dan dibuka kembali pada 18 September 2022 ini selalu dipadati warga.

Taman yang awalnya berdiri tahun 1948 itu, kini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti tugu, kolam besar, air mancur, plaza anak, area amphiteatre, healing garden, kedai kopi, ruang baca dan diskusi, toko buku, ruang literasi anak hingga fasilitas penunjang seperti musala serta toilet.

Dirancang ulang menjadi bagian dari kawasan berorientasi transit angkutan publik, MRT dan Transjakarta, taman ini setiap harinya beroperasi mulai pukul 07.00 hingga 22.00. Selain menjadi tempat kongkow warga, taman ini juga dimanfaatkan para pengunjung untuk membaca dan bekerja.

Seperti diungkapkan Muhammad Fauzil Adhim. Mahasiswa semester VI jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini mengaku, kerap datang ke taman ini untuk membaca membaca buku sebagai bahan tugas akhir kuliahnya.


"Saya lebih nyaman membaca di sini, daripada di kamar kos. Lebih cepat masuk ke otak," tutur pemuda berusia 21 tahun asal Padang, Sumatera Barat ini. 

Pengembangan Fungsi

Menengok fenomena saat ini, fungsi taman tidak hanya sebagai ruang terbuka hijau dan paru-paru kota. Namun juga sudah berkembang menjadi fasilitas publik yang dimanfaatkan warga dengan berbagai aktivitas positif, sekaligus sarana rekreasi gratis.

Menurut Pengamat Tata Kota, Nirwono Joga, tren pengembangan taman di perkotaan mengarah pada pendekatan fungsi. Tidak hanya hanya menjadi daerah resapan dan ruang terbuka, keberadaan taman harus mengedepankan aspek fungsional.

Dia menilai, yang dilakukan  Pemprov DKI Jakarta pada sejumlah taman seperti Taman Menteng, Tebet Eco Park, Taman Literasi dan Lapangan Banteng, sudah cukup berhasil.

"Pengembangan dengan pendekatan fungsional ini, memicu tren publik memanfaatkan taman di Jakarta sebagai pusat aktivitas dan interaksi sosial. Saya rasa Pemprov DKI sudah cukup berhasil untuk ini," ujarnya.

Namun, dia mengingatkan bahwa tahapan pengembangan ini harus dilanjutkan dengan aspek budaya.

"Ketika taman sudah menjadi budaya, akan berdampak terhadap perilaku publik. Ketika taman sudah menjadi budaya di tengah masyarakat, mereka akan terbiasa menanam pohon, menjaga kebersihan dan hidup sehat," bebernya.

Upaya menjadikan taman sebagai budaya ini, menurut Nirwono, penting dilanjutkan dengan agenda kampanye, sosialisasi dan edukasi yang massif. Karena itu, penguatan anggaran sangat dibutuhkan.

"Perlu diingat, untuk perawatan juga membutuhkan biaya. Karena sering kita bangun taman, tapi tidak mampu merawat," tegasnya.

Dalam upaya menuju Kota Global, konsep pembangunan  taman kota di Jakarta pun terus dikembangkan dan diselaraskan dengan salah satu indikator Kota Global, yaitu mendorong terciptanya lingkungan yang bersih, nyaman dan berkelanjutan.

Semua ini dilakukan untuk memberikan 'surga hijau"  bagi warga demi kesejahteraan fisik dan psikologis. Karena taman di kota besar secara fisik dan spiritual, lebih dari sekadar paru-paru kota.

Meski belum seluruhnya, namun sebagian taman di Jakarta saat ini sudah menjadi tempat favorit bagi warga berkreasi, berinspirasi sekaligus rekreasi. Yuk, nikmati surga hijau Jakarta..