You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
GPS Geodetic
.
photo Istimewa - Beritajakarta.id

DPK DKI Ajukan Pembelian GPS Geodetic

Dinas Penataan Kota (DPK) DKI mengajukan pembelian alat Global Positioning Sytem (GPS) pengukur bangunan dalam Kebijakan Umum APBD dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2016. Dengan alat ini, tingkat akurasi penandaan bangunan bisa lebih tinggi.

Alat GPS ini juga mampu mengukur bangunan secara real time.

"Pada saat menginput anggaran ke e-budgeting, alat GPS untuk Geodetic yang ada harganya sekitar Rp 284 juta. Namun, ternyata ada harga GPS serupa yang sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan kita yakni Rp 198 juta," ujar Iswan Achmadi, Kepala Dinas Penataan Kota DKI, Selasa (22/9).

Iswan mengatakan, saat pembahasan KUA-PPAS 2016, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI meminta pihaknya untuk mempresentasikan alat GPS Geodetic yang telah diinput di e-planning awal. Artinya, alat GPS pengukur bangunan yang dipaparkan merupakan GPS seharga Rp 284 juta, bukan Rp198 juta.

Oktober, 352 Armada Truk Sampah Dipasangi GPS

"Ini yang mau saya klarifikasi. Jadi alat GPS yang kita usulkan di KUA-PPAS tahun 2016 itu adalah GPS seharga Rp 198 juta, bukan Rp 284 juta," katanya.

Menurut Iswan, GPS yang diusulkan dalam KUA-PPAS 2016 berbeda dengan alat GPS navigasi seperti di mobil-mobil pribadi. Alat GPS Geodetic tersebut untuk menentukan posisi suatu bangunan secara koordinat dengan tingkat akurasi sangat tinggi.

"Itulah mengapa GPS yang akan kita beli harganya Rp 198 juta. Karena GPS yang kita maksud itu untuk Geodetic bukan untuk navigasi, jadi speknya beda. Kalau GPS navigasi yang ada di mobil harganya Rp 4 jutaan," ucapnya.

Keunggulan alat GPS Geodetic ini, lanjut Iswan, dapat menangkap sepuluh satelit. Sementara alat GPS biasa hanya mampu menangkap tiga satelit. Lew‎at GPS tersebut sudut-sudut bangunan yang semula blind spot bisa ditangkap melalui satelit.

‎"Alat GPS ini juga mampu mengukur bangunan secara real time. Karena gambar bangunan yang diukur dari citra satelit bisa kita kirim langsung ke Geographic Information System (GIS). Jadi dapat dilihat langsung gambar hasil ukur di lapangan," ungkapnya.

‎Keunggulan lain alat GPS tersebut terletak pada tingkat akurasi antara hasil ukur di lapangan dengan gambar dalam GIS, deviasinya maksimal hanya setengah meter. Sementara alat GPS pengukur bangunan yang lama deviasinya hanya 20 meter.

"Jadi tingkat akurasinya sangat tinggi. Karena spek dan keunggulan itulah yang membedakan kenapa harganya mahal," tandasnya.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Kolaborasi Transjakarta - Telkomsel Tingkatkan Pelayanan bagi Pelanggan

    access_time19-12-2024 remove_red_eye1468 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Transjakarta Uji Coba Layanan 'Open Top Tour of Jakarta'

    access_time21-12-2024 remove_red_eye1326 personAldi Geri Lumban Tobing
  3. Halte Simpang Pramuka dan Rawamangun Ditutup, Transjakarta Lakukan Penyesuaian Layanan

    access_time18-12-2024 remove_red_eye1074 personAldi Geri Lumban Tobing
  4. Kadishub Tegaskan Tidak Ada Penghapusan Layanan Transjakarta Setelah MRT Fase 2A Selesai

    access_time21-12-2024 remove_red_eye1015 personAldi Geri Lumban Tobing
  5. Semarak Christmas Carol di Jakarta Sambut Natal

    access_time18-12-2024 remove_red_eye986 personDessy Suciati