You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Atas keindahan kawasan yang dulu bernama Batavia Lama atau Oud Batavia ini, pada Abad ke-16 para pel
Sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda hingga saat ini, Kawasan Kota Tua Jakarta seolah memiliki magnet tersendiri. Bagaimana tidak, pada masa kolonial, wilayah ini merupakan pusat pemerintahan. Gedung Museum Sejarah Jakarta yang berdiri gagah ya.
photo Hendi Kusuma - Beritajakarta.id

Kota Tua, Miniatur Eropa di Asia Tenggara

Sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda hingga saat ini, Kawasan Kota Tua Jakarta seolah memiliki magnet tersendiri. Bagaimana tidak, pada masa kolonial, wilayah ini merupakan pusat pemerintahan. Gedung Museum Sejarah Jakarta yang berdiri gagah yang merupakan simbol Kota Tua dahulu adalah Balai Kota.

Saya seperti di Eropa pada abad 17, bangunan disini mengambarkan perpaduan tiga negara yaitu Amsterdam, Prancis dan Inggris, tidak ada yang seperti ini di Asia Tenggara" ujar wisatawan asal German Prof.Dr.Wayan kuchler yang mengaku seorang filsafat.  

Sedangkan di depan Balai Kota tersebut tadinya merupakan taman yang sangat asri. Jadi tak heran jika pada masa lampau wilayah ini menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat kota pada saat itu.

Sementara saat ini, meski bukan lagi sebagai pusat pemerintahan, Kawasan Kota Tua tetap menjadi daya tarik. Ya, kini kawasan Kota Tua merupakan salah satu destinasi wisata di Jakarta yang pengelolaannya dipegang oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Museum Gajah Diserbu Pengunjung

Atas keindahan kawasan yang dulu bernama Batavia Lama atau Oud Batavia ini, pada Abad ke-16 para pelayar dan pedagang Eropa mendatangi Batavia menjulukinya sebagai Mutiara dari Timur atau Ratu dari Timur. Dua sebutan itu merujuk keindahan kota ini yang mirip seperti di negara Perancis atau kota Amsterdam di Belanda.

Kini, setelah empat abad berlalu, Batavia telah berubah nama menjadi Kota Tua. Namun keindahanya tetap memukau setiap mata orang yang memandangnya. Memasuki gerbang masuk setinggi enam meter dan lebar empat meter, para wisatawan lokal maupun asing harus berjalan kaki sejauh 500 meter untuk menuju ke pusat bangunan sisa kolonial Belanda.  Selama perjalanan, mata para wisatawan akan dimanjakan pemandangan berupa bangunan peninggalan abad 16, yang kini telah menjadi beberapa restoran dan kafe yang bertemakan tentang Kota Tua.

"Saya seperti di Eropa pada abad 17. Bangunan di sini mengambarkan perpaduan tiga negara, yaitu Belanda, Perancis dan Inggris. Tidak ada yang seperti ini di Asia Tenggara," Prof Dr Wayan Kuchler, seorang ahli filsafat asal Jerman kepada Beritajakarta.com, Minggu (1/6). 

Bentuk gedung Museum Sejarah Jakarta dan beberapa ornamen yang ada di depan gedung seperti meriam dan tempat keran air, menjadi obyek tersendiri yang menarik perhatian pengunjung. Di tempat-tempat itu sering dijadikan sebagai lokasi berfoto.

Kuchler mengaku, sudah lama mengetahui soal eksotisme Kota Tua, namun baru kali ini bisa mengunjunginya.  Menurutnya, dirinya pernah membaca cerita singkat tentang penjelajah legendaris asal Inggris yaitu James Cook menyambangi kota ini tahun 1770, salah satunya Batavia yang saat ini bernama Kota Tua.

"Saya tahu tentang The Pearl of Orient  atau Mutiara dari Timur, dari cerita singkat tentang penjelajah inggris James Cook," kata Kuchler.

Kawasan Kota Tua bisa jadi merupakan salah satu wilayah strategis di Jakarta yang bisa dicapai oleh kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Untuk kendaraan umum bisa digunakan moda transportasi bus TransJakarta koridor 1 rute Blok M - Kota. Sedangkan angkutan kecil yang melewati wilayah tersebut yaitu Mikrolet M12 jurusan Pasar Senen-Kota, M08 jurusan Tanah Abang-Kota, M15 jurusan Tanjung Priok-Kota, dan Patas AC 79 jurusan Kampung Rambutan-Kota. Selain bus ada juga transportasi KRL Jabodetabek yang melayani rute Bogor-Jakarta Kota.

Di sisi lain, program revitalisasi Kota Tua terus dilakukan oleh pengembang PT Pembangunan Kota Tua (Pemkot). Direktur Utama PT Pemkot, Lin Che Wei mengungkapkan, kawasan Kota Tua sudah didaftarkan sebagai kota warisan budaya dunia kepada UNESCO.

Menurut Lin Che Wei, pendaftaran itu dilakukan agar Kota Tua bisa menarik wisatawan mancanegara. Hal itu, disebutnya, akan sangat membantu proses revitalisasi Kota Tua agar bisa menjadi kawasan yang hidup serta menjadi pusat aktivitas masyarakat.

Lin berpendapat bangunan yang didaftarkan itu tidak melulu bangunan yang bernuansa klasik atau yang identik dengan arsitektur zaman kolonial. Dia mengatakan ada satu bangunan yang arsitekturnya biasa, tapi ternyata memiliki cerita tentang budaya multikultural di Kota Tua.

Hasil pendataan gedung itu, kata Lin,  akan diumumkan pada 11 Juni 2014 nanti. Rencananya PT Pemkot juga akan menggelar sebuah acara di Kota Tua untuk menjelaskan pemilihan gedung yang dilakukan oleh tim ahli tersebut. Dia yakin jika Kota Tua bisa menjadi kota warisan budaya seperti yang sudah diraih oleh empat kota lain di dunia.

“Kami yakin bisa karena kawasan cagar budaya kita lebih luas dari Paramaribor (Suriname), Galle (Sri Lanka), dan Willemstad (Karibia) yang sudah menjadi kota warisan budaya dunia,” papar Lin.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Kolaborasi Transjakarta - Telkomsel Tingkatkan Pelayanan bagi Pelanggan

    access_time19-12-2024 remove_red_eye1448 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Pemprov DKI Tetapkan UMSP 2025, Ini Rinciannya

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1371 personFolmer
  3. Operasi Modifikasi Cuaca Efektif Kurangi Curah Hujan di DKI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1283 personBudhi Firmansyah Surapati
  4. Transjakarta Uji Coba Layanan 'Open Top Tour of Jakarta'

    access_time21-12-2024 remove_red_eye1249 personAldi Geri Lumban Tobing
  5. Pemprov DKI Raih Penghargaan Indeks Reformasi Hukum dari Kementerian Hukum RI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1124 personFolmer