Alunan Sate Keroncong Menggugah Selera
Bagi anda pecinta kuliner sate, belum lengkap rasanya jika tak pernah mencicipi nikmatnya "Sate Keroncong" Balimester. Rasanya yang sangat khas, sudah dikenal se-antero Jakarta.
Dagingnya empuk dan rasanya enak sekali. Mau yang sate, tongseng maupun gulai, sudah saya coba semua dan rasanya benar-benar lezat dan gurih
Warung Sate Sederhana milik Mulyono (50) yang terletak di Jalan Matraman Raya Gang Lele, RT 03/06 Balimester, Jatinegara, Jakarta Timur sudah berdiri sejak tahun 1960 silam. Lokasinya hanya berjarak sekitar 20 meter dari Mapolres Jakarta Timur.
Disebut Sate Keroncong karena setiap harinya, di warung berukuran sekitar 30 meter persegi ini menyuguhkan alunan musik keroncong bagi pelanggan yang sedang menyantap hidangan. Setiap hari ada empat pemain musik yang menyajikan musik keroncong.
PKL Rawasari Diminta Tak Berdagang di Saluran AirMulyono mengatakan, warung ini merupakan warisan ayahandanya, Kirmadi yang telah meninggal dunia. Saat dikelola almarhum ayahnya sebenarnya hanya warung sate biasa. Namun sejak dikelola dirinya, tepatnya mulai tahun 1997 lalu, ada musik keroncongnya.
Ceritanya, saat itu setiap hari ada lima pengamen jalanan yang mangkal 3-4 jam di warungnya. Kelompok pengamen asal Semarang, Jawa Tengah ini selalu menyuguhkan alunan musik keroncong. Rupanya respon pelanggannya sangat senang dan merasakan nyaman. Saweran yang diberikan pelanggan sangat lumayan hingga membuat pengamen di bawah pimpinan Roni cs ini merasa kerasan.
Akhirnya mereka pun melakukan kesepakatan dengan pemilik warung sate agar bisa mangkal setiap hari.
"Namun pengamen yang mangkal sekarang ini sudah generasi yang ke 7. Kebanyakan mereka pergi karena diajak atau diambil orang, untuk bermain musik di kafe, hotel, stasiun. Bahkan ada yang diajak bermain di acara Opera Van Jaya sebuah TV swasta dan sebagainya," kata Mulyono, Sabtu (24/9).
Walau pengamen datang silih berganti namun tak mengurangi kekhasannya. Pengunjung tetap merasakan nyaman dan ketagihan untuk makan di warung sate ini. Selain menu yang ditawarkan sangat lezat, pelanggan tetap dapat menikmati alunan musik keroncong. Warung sate buka mulai pukul 09.00-17.00. Namun untuk iringan musik keroncong mulai pukul 10.00-16.00.
Mulyono menyebut, menu yang ditawarkan semua menggunakan bahan dasar daging kambing. Untuk sate setiap porsinya Rp 60 ribu, gulai Rp 40 ribu dan tongseng Rp 45 ribu, nasi putih Rp 5.000. Setiap hari ia mampu menghabiskan 40 kilogram daging kambing.
Namun jumlah tersebut terbilang menurun dibanding era keeamasannya sekitar tahun 1997-2000 silam. Kala itu setiap hari bisa habis terjual 100-150 kilogram daging kambing.
"Sampai sekarang pelanggan datang dari mana saja. Kebanyakan orang-orang kantor dari jauh juga datang. Bahkan pelanggan banyak yang pesan melalui Gojek," lanjut Mulyono.
Pelanggan yang datang tidak hanya dari kalangan menengah ke bawah. Namun dari kalangan pejabat, artis ternama juga kerap singgah di warung makan ini.
Walau sudah berdiri sejak tahun 1960 namun dari masa ke masa, warung Sate Keroncong ini tetap eksis. Sosialisasi media massa maupun media sosial, sangat membantu eksistensi warung sate ini.
Junianto (29), salah seorang pelanggan mengatakan, sering maka di warung Sate Keroncong saat santap siang. Selain harganya yang terjangkau, aroma khas dan dagingnya yang empuk, menjadi alasan pemuda asal Medan ini untuk sering makan sate di warung ini.
"Dagingnya empuk dan rasanya enak sekali. Mau yang sate, tongseng maupun gulai, sudah saya coba semua dan rasanya benar-benar lezat dan gurih," tandas Junianto.