Dolar Naik, DKI Untung Rp 400 M dari Bank Dunia
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyatakan, pinjaman dari Bank Dunia untuk program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) sebesar 150.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,65 triliun, mengakibatkan Pemprov DKI kelebihan Rp 400 miliar. Hal itu disebabkan nilai tukar dolar ke rupiah saat ini sangat tinggi.
Dolar terjadi apresiasi begitu tinggi, pinjaman JEDI kita kan jadi kelebihan duit Rp 400 miliar lebih
"
Dolar terjadi apresiasi begitu tinggi, pinjaman JEDI kita kan jadi kelebihan duit Rp 400 miliar lebih ," kata Basuki, di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (9/6).Menurut Basuki, pinjaman yang diterima dari Bank Dunia dalam bentuk dolar Amerika. Sementara pembayaran ke kontraktor dalam bentuk rupiah. "Ya, kan kita pinjam dolar nih. Kontraktor kan rupiah. Nah, tiba-tiba dolar jadi Rp 13.500. Ya, kelebihan rupiah," ucapnya.
Dokumen Proyek JEDI Akhirnya DitandatanganiBasuki mengaku ada dua usulan program yang diajukan untuk menggunakan kelebihan pinjaman tersebut. Kelebihan akan digunakan untuk pembangunan tanggul atau untuk pembangunan rusun.
"Mau diapain? Saya bilang bisa beresin tanggul saja sekalian. Tanggul total sampai Rp 3 triliun lebih. Atau dibuat rumah susun. Kalau duit pinjaman kembalinya dihitung feenya semuanya," katanya.
Namun, usulan tersebut harus disampaikan terlebih dahulu ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Dari dua usulan tersebut, Basuki lebih memilih untuk pembangunan tanggul. "Kita sih maunya tanggul saja. Rusun biar kita yang bangun," katanya.
Dalam program JEDI sendiri ada 7 paket di mana paket 1, 4 dan 7 merupakan prioritas dari Pemprov DKI Jakarta. Untuk ketujuh paket tersebut Bank Dunia (World Bank) meminjamkan dana sebesar sekitar 150.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 1,65 triliun.