You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Melongok Masjid Tjia Kang Ho yang Menyerupai Kelenteng
....
photo Nurito - Beritajakarta.id

Masjid Tjia Kang Ho Potret Akulturasi Budaya Tionghoa, Islam dan Betawi

Jika kita melancong ke Jalan H Soleh RT 02/07 Kelurahan Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, kita akan disuguhkan suasana kebhinekaan yang kuat.  Keberagaman agama, etnis dan budaya sangat melebur di wilayah ini.  

Masjid ini dulunya rumah tinggal kakek. 

Salah satu bukti toleranasi dan bersatunya keberagaman di lokasi ini, bisa dilihat dari satu bangunan masjid yang terhampar di lahan seluas kurang lebih 793 meter persegi dengan luas bangunan 297,5 meter persegi.

Dengan arsitektur bergaya kelenteng yang didominasi warna merah dipandu dengan ornamen Gigi Balang khas Betawi pada lisplang, masjid yang diberi nama Tjia Kang Ho ini jadi potret akulturasi budaya Tionghoa, Islam dan Betawi.

Omzet Pedagang Daging dan Ikan di Pasar Ciracas Meningkat

Menurut Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Tjia Kang Ho, Muhammad Wildan Hakiki, nama masjid ini diambil dari nama kakeknya sebelum memeluk Islam dan mengganti nama menjadi H. Abdul Soleh.

"Sebelum mualaf, kakek bernama Tjia Kang Ho. Masjid ini dulunya rumah tinggal kakek. Setelah rapat keluarga, disepakati untuk dibangun masjid," tuturnya.

Dikatakan Wildan, agar tidak menghilangkan kultur warisan nenek moyangnya maka masjid dibangun menyerupai kelenteng, mengambil contoh Masjid Al-Imtizaj di Jalan Banceuy, Kota Bandung, Jawa Barat. 

Kemudian Masjid Muhammad Cheng Hoo di Jalan Gading, No. 2, Ketabang, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya, Jawa Timur, serta  Masjid Tan Kok Liong di Cibinong, Jawa Barat.

"Pembangunan masjid ini digagas ayah saya, Budiyanto Tjia, untuk menyiarkan agama Islam di wilayah ini," ungkap Wildan.

Wildan menjelaskan, Masjid Tjia Kang Hoo ini memiliki lima bagian pagoda yang mencerminkan Rukun Islam, yakni Syahadat, Salat, Zakat, Puasa, dan Naik Haji bagi yang mampu.

Kemudian, bagian pagoda di atap induk terdiri tiga  susun yang mencerminkan rukun atau kerangka dasar beragama yang benar sebagai jalan menuju Surga yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.

Pagoda kecil dibangun dua susun memiliki arti untuk mencapai kebahagiaan dunia, akhirat yang perlu ditempuh hubungan dengan Allah dan sesama makhluk hidup, baik manusia maupun makhluk hidup lain.

Diungkapkan Wildan, masjid yang dibangun  pada Oktober 2022 lalu, saat ini masih proses finishing dengan memasang conblock di samping dan depan halaman masjid, pembuatan taman, pengaspalan akses jalan menuju masjid dan pembuatan kantor DKM di belakang masjid.

Meski belum 100 persen selesai, kata Wildan, masjid ini sudah bisa digunakan untuk menunaikan salat fardu dan tarawih pada bulan Ramadan ini. Menurutnya, jika pembangunan sudah rapih seluruhnya maka akan disusun agenda rutin kegiatan syiar Islam di masjid tersebut.

"Karena belum seluruhnya rampung 100 persen, jadi belum bisa digunakan untuk kegiatan syiar Islam lainnya," ungkapnya.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Ini Aturan Jam Kerja ASN Pemprov DKI Selama Ramadan 2025

    access_time28-02-2025 remove_red_eye1108 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Disparekraf Atur Jam Operasional Usaha Pariwisata dan Hiburan saat Ramadan

    access_time28-02-2025 remove_red_eye1102 personAldi Geri Lumban Tobing
  3. Masjid Fatahillah Balai Kota DKI Sediakan Takjil Gratis Selama Ramadan

    access_time01-03-2025 remove_red_eye1056 personFolmer
  4. Transjakarta Terapkan Prosedur Terbaru dalam Laporan Barang Tertinggal

    access_time03-03-2025 remove_red_eye982 personAldi Geri Lumban Tobing
  5. Transjakarta Perbolehkan Pelanggan Berbuka Puasa di Dalam Bus

    access_time28-02-2025 remove_red_eye913 personAldi Geri Lumban Tobing

Hitung Mundur 22 Juni 2027

00
Hari
00
Jam
00
Menit
00
Detik