Pengemis Modus Tangan Buntung Kembali Terjaring Razia
Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Barat menjaring pengemis yang berpura-pura buntung tangan di Jembatan penyeberangan orang (JPO) Glodok, Tamansari, Jakarta Barat.
Saya dalam sehari biasanya dapat Rp 300.000, kalau setengah hari kalau sepi cuma Rp 70.000.
Pengemis bernama Tedy (36), langsung dibawa ke Panti Sosial Bina Insani, Kedoya, Jakarta Barat. Ternyata, ini bukan pertama kali dia terjaring razia dan dibawa ke panti sosial.
"Saya sudah tiga kali tertangkap. Ditaruh di Panti ini. Keluar, jadi pengemis lagi pura - pura tangan buntung," ujar Tedy saat ditemui di Panti Sosial Bina Insani, Kedoya, Jakarta Barat, Selasa (24/11).
Dinsos Gelar Sertijab Pejabat yang DirotasiTedy mengaku, dari aksi mengemis dengan modus berpura - pura memiliki tangan buntung mampu meraup ratusan ribu rupiah.
"Saya dalam sehari biasanya dapat Rp 300.000, kalau setengah hari kalau sepi cuma Rp 70.000. Uangnya buat biaya hidup keluarga," tuturnya.
Tedy melakoni profesinya sebagai pengemis sejak tahun 2010. Sebelum menjadi pengemis dia sempat menjadi sopir taksi.
"Saya dulu jadi sopir, sudah berhenti ya saya nganggur. SIM punya saya hilang, ngelamar kerja tidak diterima. Mau bikin SIM duit enggak punya. Ya sudah jadi pengemis saja," papar Tedy..
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Panti Sosial Bina Insani Kedoya, Ruminto, terkejut atas kedatangan Tedy untuk ketiga kalinya ke panti.
"Dia (Tedy) pernah di sini. Sudah tiga kali keluar masuk sini. Pegawai di sini juga pada bingung Tedy ketangkep lagi," tuturnya.
Ruminto merasa kecolongan dengan insiden tersebut. Pasalnya Tedy sudah dibekali keahlian saat berada di dalam Panti.
"Sudah diajari bikin pot, ngelas, dan pekerjaan pabrik seperti bubut. Eh dia malah ngemis lagi pakai pura - pura segala tangannya buntung," tandas Ruminto.