Pedagang Keluhkan PKL di Sekitar Pasar Cibubur
Menjelang bulan puasa pedagang kaki lima (PKL) makin marak di sekitar Pasar Jaya Cibubur, Jakarta Timur. Kondisi ini tidak hanya membuat lingkungan jadi semrawut, tapi juga membuat pedagang di dalam pasar kehilangan konsumen. Sebab, dengan kehadiran PKL di depan pasar, membuat konsumen memilih belanja di luar daripada di dalam pasar.
Memang benar harga lapak untuk berdagang di sepanjang pintu masuk mulai dari Rp 4 juta, semakin ke dalam sekitar 2 juta. Akibatnya pembeli hanya berbelanja di luar
Sejumlah pedagang yang mengeluhkan kondisi tersebut, mengaku tidak bisa berbuat apa-apa. Terlebih, PKL diduga membayar lapak kepada oknum tertentu dengan harga bervariasi.
"Memang benar harga lapak untuk berdagang di sepanjang pintu masuk mulai dari Rp 4 juta, semakin ke dalam sekitar 2 juta. Akibatnya pembeli hanya berbelanja di luar,
" ujar salah satu pedagang sayur yang enggan disebut namanya, Senin (16/6).Kembali ke Jalan, PKL Akan Diberi SanksiDari pantauan beritajakarta.com PKL tidak hanya memenuhi sepanjang jalan masuk, bahkan sudah memenuhi akses di pintu keluar. Mereka biasa berdagang dari pukul 23.00 hingga pukul 10.00. Padahal, batas toleransinya sejak pukul 23.00 hingga pukul 06.00. Mereka terlihat leluasa berjualan karena telah dipungut biaya lapak sebesar Rp 1.5 juta dan iuran bulanan Rp 150 ribu per orang. Itu belum termasuk pungutan harian sebesar Rp 20 ribu.
"Katanya uangnya buat lurah, yang mengambil uangnya bernama ijul," kata seorang PKL di kawasan tersebut.
Namun, saat dikonfirmasi Lurah Cibubur, Budi Hartati membantah, soal pungutan tersebut. Pihaknya yang kemudian melakukan pengecekan ke lapangan mengetahui kalau nama tersebut ternyata bukan petugas kelurahan. "Yang namanya Ijul bukan orang dari kelurahan. Terimakasih atas infonya," ucapnya setelah melakukan investigasi langsung.