Ratusan Nelayan Cilincing Terdampak Cuaca Ekstrem
Cuaca ekstrem yang terjadi belakangan ini berdampak terhadap ketinggian muka air laut di perairan Jakarta. Alhasil, sejak dua bulan lalu, ratusan nelayan Cilincing jarang melaut lantaran terkendala cuaca tidak menentu.
Sejak hampir dua bulan ini, akibat cuaca ekstrem paling banyak melaut tiga kali seminggu
Ansori (56), salah seorang nelayan Cilincing, mengatakan, saat air laut pasang, ia dan ratusan nelayan Cilincing lebih memilih tidak melaut. Bila nekat melaut, selain faktor resiko tinggi, hasil tangkapan juga tidak sebanding dengan operasional.
"Sebelum ini saya setiap hari melaut. Sejak hampir dua bulan ini, akibat cuaca ekstrem paling banyak melaut tiga kali seminggu," ujarnya, Selasa (26/7).
DKI Bangun Instalasi Air Laut Bersih di PenjaringanDiakui Ansori, saat cuaca bagus, tangkapan ikan di perairan Jakarta cukup baik. Selama melaut dua hari, ia yang biasa menjaring ikan rejung, cumi dan kembung, bisa mendapat tangkapan hingga lima kwintal.
"Kita jual lakunya bisa Rp 1,5 juta. Kalau sekarang bisa dapat setengahnya saja untung," keluhnya, Selasa (26/7).
Hal senada juga diutarakan Mansur (52). Dirinya yang mengaku sudah 20 tahun berprofesi sebagai nelayan tradisonal di kawasan Cilincing menungkapkan
saat cuaca sedang bagus, antara Januari hingga Mei, hasil tangkapannya bisa mencapai Rp 12 juta saat dijual."Sekarang kalau melaut juga nggak berani jauh-jauh. Paling banyak juga hasilnya Rp 5 juta," tandasnya.