Pembangunan Ducting Terkendala Anggaran
Pemprov DKI Jakarta mengakui jika jaringan utilitas di ibu kota saat ini cukup semrawut. Sebelumnya, pada tahun 2012, sudah direncanakan pembangunan ducting atau saluran khusus untuk utilitas. Hanya saja, rencana itu hingga kini tidak pernah terealisasi lantaran mahalnya anggaran.
Terlalu mahal pembangunan ductingnya yaitu sebesar Rp 45 juta per meter
Kepala Seksi Utilitas Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, Saleh Dharmawan mengatakan, penataan utilitas di kota besar memang seharusnya menggunakan ducting. Dengan demikian, utilitas akan lebih tertata dan tidak ada lagi penggalian yang dapat merusak jalan.
Dinas PU sendiri telah memiliki program pembuatan ducting pada 2012, di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Namun, untuk pembangunan ducting itu terkendala oleh mahalnya anggaran. "Terlalu mahal pembangunan ductingnya yaitu sebesar Rp 45 juta per meter," kata Saleh, Jumat (18/7).
Basuki: Utilitas Semrawut Karena Izinnya BermasalahAlhasil rencana pembangunan ducting pun dibatalkan. Sementara itu, pihaknya justru tidak pernah memiliki rencana pembangunan ducting di Jl Jenderal Sudirman. Sebab, Dinas PU memperkirakan ducting akan dibangun oleh PT MRT Jakarta. "Memang tidak ada perencanaan pembangunan ducting di Jalan Jendral Sudirman soalnya ada pembangunan MRT," ucapnya.
Menurut Saleh, penanaman utilitas sudah terjadi sejak tahun 1970. Sehingga, utilitas seperti pipa gas (PGN), kabel listrik PLN, serta fiber optic Telkom menjadi tidak tertata dengan baik. "Memang sejak tahun 1970 utilitas sudah tertanam di bawah tanah. Tidak ada pemetaan dari utilitas," tandasnya.