Dinas SDA Bangun SPALD Skala Permukiman di 10 Lokasi
Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta membangun Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) skala permukiman di 10 lokasi pada tahun ini.
Kami optimistis Desember selesai,
Adapun 10 titik pembangunan SPALD tersebut tersebar di tiga wilayah dengan rincian, Jakarta Timur empat titik yakni, Waduk Kampung Rambutan, Waduk Kaja, RPTRA Muara Condet, dan RPTRA Ciracas Prima.
Kemudian, Jakarta Selatan di Setu Babakan, Waduk Jagakarsa, RPTRA Kemandoran, dan Asrama Dinas Gulkarmat DKI Jakarta di Ciganjur. Untuk Jakarta Utara masing-masing di RPTRA Tunas Harapan, serta Asrama Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Semper Barat.
Pemprov DKI-Kementerian PUPR Sepakati Kerja Sama Pengembangan KSPNKepala Bidang Air Baku, Air Bersih dan Air Limbah Dinas SDA DKI Jakarta, Nelson Simanjuntak mengatakan, progres pembangunan SPALD di delapan titik sudah mencapai 30 persen. Sedangkan, dua SPALD yakni, di Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Semper Barat dan RPTRA Ciracas baru dimulai.
"Sudah 30 persen di berbagai lokasi, fokus di pengerjaan instalasi, kemudian nanti masuk ke jaringan. Kami juga sudah order mechanical electrical karena ada pompa, blower, panel yang harus kita pasang di situ, dan sistem perpipaannya," ujarnya, Rabu (11/9).
Nelson menjelaskan, pembangunan SPALD skala permukiman di berbagai titik tersebut memiliki kapasitas berkisar antara 80 meter kubik untuk RPTRA dan Rumah Dinas Asrama Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan. Sementara, di waduk-waduk mencapai 500-600 meter kubik per hari.
"Jenis IPAL yang dibangun untuk waduk yaitu Interceptor, merupakan sistem penyalurannya menggunakan sistem saluran tertutup dengan menyalurkan air limbah ke bak Interceptor," terangnya.
Ia menambahkan, dengan prinsip sistem penyaluran tercampur dan sistem pengolahan air limbah secara off-site position di mana menggabungkan aliran air buangan dengan limpasan air hujan lalu air limbah disalurkan saluran pengumpul air limbah, kemudian masuk ke instalasi pengolahan terpusat.
Menurutnya, untuk jenis IPAL yang dibangun untuk RPTRA serta di Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Prov DKI Jakarta yaitu komunal dengan sistem anaerob aerob. Sistem ini menggabungkan proses pengolahan air limbah yang tidak memerlukan bantuan oksigen dalam proses pengolahannya.
"Dalam proses aerobik pengolahan air limbah ini diberikan aerasi dengan cara membubuhkan oksigen dengan menggunakan pembangkit oksigen berupa submersible aerator yang bekerja menggunakan tenaga listrik," ungkapnya.
Nelson menerangkan, pembangunan SPALD ini bertujuan agar dapat menghasilkan olahan berupa air yang memiliki baku mutu air limbah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 122 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Air Limbah Domestik di Provinsi DKI Jakarta.
"Sistem pengelolaan air limbah secara perpipaan itu adalah sistem sanitasi paling ideal. Semua air limbah dari sarana mandi, cuci, kakus atau MCK itu terpisah dengan saluran drainase. Sehingga, secara sanitasi perkotaannya baik dan dapat mengurangi pencemaran air tanah dan air permukaan," urainya.
Nelson menuturkan, pengerjaan SPALD skala permukiman di 10 titik tersebut ditargetkan selesai pada Desember 2019 mendatang.
"Sekarang kita masih fokus di instalasi, kita terus lakukan lagi untuk jaringan pipanya. Kami optimistis Desember selesai secara keseluruhan," tandasnya.