Ketika Warga Joglo Merindukan Rumah Joglo
Di wilayah Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, ada satu wilayah Kelurahan bernama Joglo. Lalu, adakah hubungan nama wilayah kelurahan tersebut dengan Rumah Joglo Betawi?
Semoga pembangunan Rumah Betawi Joglo direalisasikan secepatnya,
Konon, kawasan itu dinamakan Joglo karena memang masyarakat di daerah itu dahulunya banyak mendirikan rumah tradisional berarsitektur Joglo yang merupakan hasil akulturasi budaya Betawi dengan Jawa.
Sejatinya, Betawi hanya memiliki satu arsitektur rumah tinggal, yaitu Rumah Bapang atau Rumah Kebaya yang merupakan hasil akulturasi Betawi-Tionghoa.
UP PTSP Kembangan Buka Layanan di TPU JogloMeski banyak dipengaruhi arsitektur Jawa, namun Rumah Joglo Betawi memiliki beberapa ciri khas, seperti tidak ada soko guru atau tiang utama penopang atap seperti Rumah Joglo Jawa.
Hiasan pada Rumah Joglo Betawi sangat sederhana, berupa ukiran kayu dengan motif geometris, berupa titik, segi belah ketupat, segitiga, lengkung, setengah lingkaran, dan lingkaran. Ukiran ini biasanya ada di lubang angin, kusen, daun pintu, jendela, tiang, dinding ruang depan, listplank, pembatas ruang tengah dan depan, pagar pada serambi dari bambu atau kayu.
Sebelum abad 20, di daerah Joglo sekitarnya masih banyak ditemui bangunan rumah masyarakat berbentuk Joglo. Namun, seiring perkembangan waktu, keberadaan Rumah Joglo Betawi pun makin terkikis.
Pada 2010, satu rumah Joglo Betawi masih terlihat di dekat kantor Wali Kota Jakarta Barat, terhimpit rumah berarsitektur modern di sekitarnya. Namun, bangunan tersebut saat ini tidak ada lagi, menyusul pembangunan di sekitarnya.
Lurah Joglo, Matrullah mengatakan, saat ini hanya tersisa satu rumah Betawi Joglo milik warga setempat yang beralamat di Jalan Murni RT 03 / RW 01.
"Tapi, tidak sepenuhnya asli karena sekeliling bangunan sudah di tembok. Di rumah tersebut, juga digelar berbagai aktivitas seni budaya Betawi," ungkap Matrullah, Kamis (10/10).
Ia menuturkan, pihaknya bersama tokoh masyarakat telah mengusulkan ke Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jakarta Barat agar dibangun satu Rumah Betawi Joglo di lahan fasos fasum dari salah satu pengembang.
"Lahan cukup strategis dan saat ini masih menunggu penyerahan aset lahan dari pengembang ke Pemprov DKI Jakarta," tuturnya.
Ia memaparkan, di rumah Joglo Betawi nantinya akan menjadi pusat berkumpulnya penggiat seni budaya dan pelaku UKM kuliner dan kerajinan tangan khas Betawi.
"Syukur usulan warga disambut baik dan tinggal menunggu realisasi penyerahan kewajiban aset lahan untuk merealisasikan pembangunan Rumah Joglo Betawi," katanya.
Sementara Kadir, pemilik Rumah Joglo Betawi di Jalan Murni, mendukung program yang telah diusulkan untuk menjadi wadah tempat berkumpulnya penggiat seni dan pelaku UKM dalam upaya pelestarian budaya asli Betawi.
"Semoga pembangunan Rumah Joglo Betawi direalisasikan secepatnya, sehingga generasi muda di Joglo bisa berkreativitas melestarikan budaya leluhur," tandasnya.