You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Pemprov DKI Berkolaborasi dengan Warga Bangun Drainase Vertikal
.
photo Mochamad Tresna Suheryanto - Beritajakarta.id

Pemprov DKI Berkolaborasi dengan Warga Bangun Drainase Vertikal

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan semua pihak, termasuk masyarakat, untuk turut serta berkontribusi dalam membuat drainase vertikal, baik di gedung perkantoran, fasilitas umum, maupun di lingkungan rumah warga, sebagai upaya mengtasai banjir di Ibukota.

Drainase vertikal atau sumur resapan merupakan sistem resapan buatan yang dapat menampung dan meresapkan air ke dalam tanah

Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta, Ricki M. Mulia mengatakan, drainase vertikal merupakan upaya mengelola air hujan dengan cara ditampung dan diresapkan ke dalam tanah secara alamiah, sehingga tidak hanya bisa mengatasi banjir tapi juga dapat menjadi cadangan air saat musim kemarau.

"Ini salah satu bentuk untuk meminimalkan terjadinya genangan di permukaan. Kalau itu dibangun dengan tepat dan dikolaborasikan dengan naturalisasi dan konsep-konsep lainnya, kita harapkan konservasi akan tercapai. Genangan dapat diminimalkan dan akan ada recharge pemasukan air ke tanah, sehingga ini akan menghambat penurunan muka tanah di Jakarta. Tahun depan tetap pembangunan sumur resapan akan dikerjakan oleh organisasi perangkat daerah DKI Jakarta yang punya tanggung jawab masing-masing," jelasnya seperti dikutip dari PPID Provinsi DKI Jakarta, Selasa (10/12).

Pemasangan Sheet Pile di Danau Sunter Selatan Capai 60 Persen

Pembangunan drainase vertikal terus ditambah tahun depan oleh Pemprov DKI Jakarta. Ricki menambahkan, perlu adanya kolaborasi berlanjut dengan warga dalam menambah titik drainase vertikal. Misalnya, Dinas Perindustrian dan Energi tahun depan untuk urusan geologi air tanah bergabung dengan SDA.

"Sudah kami anggarkan. Bina Marga juga, Dinas Pendidikan juga, (dan lainnya). Jadi, semua pihak terkait bekerja sama. Hal ini tidak akan terwujud kalau hanya dilakukan oleh Pemprov DKI, harus ada kolaborasi dari semua pihak. Jadi, kita harapkan juga peran masyarakat bersama-sama secara sadar, agar membangun juga sumur resapan di tempat-tempat yang memang dapat mereka bangun," ucap Ricki.

Ricki menegaskan, pembangunan drainase vertikal ini memiliki banyak manfaat bagi kelestarian lingkungan hidup di wilayah DKI Jakarta, antara lain sebagai upaya konservasi air tanah di DKI Jakarta. Dengan pengaliran air hujan ke dalam tanah akan terjadi proses recharge (pemasukan kembali) air ke dalam tanah menggantikan air tanah yang sudah dieksploitasi oleh sebagian warga.

"Pemasukan kembali air ke tanah menyebabkan jumlah cadangan air tanah tetap tercukupi walaupun musim kemarau. Menangani banjir pluvial (akibat hujan setempat); bukan fluvial (akibat luapan sungai). Adanya sumur resapan dapat mengalirkan genangan air di permukaan tanah menuju ke dalam tanah," ujarnya.

Drainase vertikal juga bisa mencegah penurunan muka tanah di DKI Jakarta. Eksploitasi air tanah pada lapisan akuifer (lapisan batuan dibawah permukaan tanah yang mengandung air dan dapat dirembesi air), dapat mengakibatkan penyusutan lapisan tanah sehingga terjadi penurunan permukaan tanah. Melalui pemasukan kembali air ke dalam lapisan akuifer, penyusutan lapisan tanah dapat dihindari sehingga tidak terjadi penurunan muka tanah.

"Ada beberapa lokasi yang sudah kami uji coba yang memang waktu hujan itu mempercepat menghilangkan genangan. Tapi, kalau begitu hujan langsung tak ada genangan, itu perlu pertimbangan, jumlahnya harus ditambah. Kalau mempercepat, seperti di beberapa daerah, Pondok Labu dan lain-lain, tadinya butuh berjam-jam. Namun, setelah ada drainase vertikal, jadi lebih cepat. Nah, itu salah satu pembelajaran. Dengan pembangunan drainase vertikal, dapat mempercepat penurunan genangan di permukaan," terang Ricki.

Pembangunan drainase vertikal memiliki payung hukum berupa Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air (latar belakang: bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air perlu dikelola), Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 20 Tahun 2013 tentang Sumur Resapan (latar belakang: bahwa upaya untuk memanfaatkan air hujan, mengurangi limpasan air dan melestarikan air tanah adalah dengan membuat sumur resapan), serta . Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 131 Tahun 2018 tentang Percepatan pembangunan Drainase vertikal di lahan milik Pemprov DKI Jakarta.

"Drainase vertikal atau sumur resapan merupakan sistem resapan buatan yang dapat menampung dan meresapkan air ke dalam tanah yang bersumber dari air hujan maupun air bekas wudhu, air condenser maupun air limbah lainnya yang telah dilakukan pengolahan sesuai dengan baku muti air yang dipersyarakatkan oleh peraturan perundangan, antara lain Pergub DKI Jakarta No. 20/2013. Ini dapat berbentuk sumur, kolam, saluran atau bidang resapan," ujar Ricki.

Kasie Pemeliharaan Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Djoko Rianto pun menambahkan, pembangunan drainase vertikal ini memang efektif untuk mengatasi genangan dan banjir di Jakarta. Pada tahun 2019, Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta menargetkan untuk membangun 1.000 drainase vertikal. Sampai minggu kedua Desember 2019 ini, telah kita dibangun 990 titik, sehingga kurang 10 (sepuluh) titik lagi yang akan terbangun.

"Kita terus berkolaborasi. Artinya, selama ini kita pandang memang air hujan ini, dari pengalaman kami di lapangan, harus diresapkan ke tanah. Karena, begitu kami bangun normalisasi saluran, mungkin hanya memindahkan genangan satu ke lainnya. Alhamdulillah, yang biasa banyak genangannya, sekarang dengan kita bangun (juga) kolam retensi, yang berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan, itu paling sejam - setengah jam genangan sudah tidak ada. Jadi, apa yang kita kerjakan itu sangat membantu sekali," terangnya.

Sementara itu, ahli Hidrogeolog, Fatchy Muhammad mengatakan, banjir di Jakarta terjadi karena sebagian besar air hujan dilimpaskan ke laut, bukan diserap kembali ke dalam tanah. Sehingga, drainase vertikal dapat menjadi salah satu bentuk sukses mengurangi genangan ataupun banjir.

"Jakarta ini banjir sudah sejak jaman Belanda. Untuk mengatasi banjir, bisa dengan cara di setiap rumah yang dibangun itu harus membuat drainase vertikal. Jadi, bagaimana air hujan yang turun itu jangan dibuang, karena pada saat itu dibuang otomatis akan membanjiri tempat lain. Di Cipete misalnya, dengan warganya yang marak membangun drainase vertikal, titik genangan atau banjir saat ini jauh berkurang. Ini butuh kolaborasi bersama masyarakat. Pemda tidak bisa sendiri, perlu bergerak bersama warganya," tandasnya.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Kolaborasi Transjakarta - Telkomsel Tingkatkan Pelayanan bagi Pelanggan

    access_time19-12-2024 remove_red_eye1442 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Pemprov DKI Tetapkan UMSP 2025, Ini Rinciannya

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1357 personFolmer
  3. Operasi Modifikasi Cuaca Efektif Kurangi Curah Hujan di DKI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1276 personBudhi Firmansyah Surapati
  4. Transjakarta Uji Coba Layanan 'Open Top Tour of Jakarta'

    access_time21-12-2024 remove_red_eye1229 personAldi Geri Lumban Tobing
  5. Pemprov DKI Raih Penghargaan Indeks Reformasi Hukum dari Kementerian Hukum RI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1118 personFolmer