BI DKI Sebut Kerugian Banjir Jakarta 2020 Lebih Rendah Dibanding Tahun-tahun Sebelumnya
Bank Indonesia (BI) Perwakilan DKI Jakarta mencatat
banjir yang terjadi di Ibukota sejak 1 Januari 2020 menyebabkan kerugian materiel sebesar Rp 960 miliar.Setelah dijumlahkan, angkanya kira-kira sekitar Rp 1 triliun, ini paling rendah ketimbang tahun-tahun lalu yang jumlahnya mencapai 10 kali lipatnya,
Kepala Perwakilan BI DKI Jakarta, Hamid Ponco Wibowo mengatakan, jumlah itu didapat berdasarkan laporan dari berbagai himpunan asosiasi pedagang, maupun pengusaha di Jakarta.
"Kami ini menghitung secara umum, dan menghimpun data dari asosiasi pedagang seperti Aprindo, HIPPI, dan KADIN. Setelah dijumlahkan, angkanya kira-kira sekitar Rp 1 triliun, ini paling rendah ketimbang tahun-tahun lalu yang jumlahnya mencapai 10 kali lipatnya," ujar Ponco, Senin (3/3).
Wirausaha Muda Kreatif di Kota Tua Dapat Pelatihan BisnisHamid menjelaskan, kerugian akibat banjir pada Januari 2020 hanya menyentuh angka Rp 960 miliar. Lebih kecil dari kerugian banjir Februari 2015 lalu sebesar Rp 1,5 triliun, Januari-Februari 2014 sebesar Rp 5 triliun, Februari 2007 Rp 8,8 triliun serta atau Februari 2002 Rp 9,8 triliun.
Ponco menuturkan, angka Rp 960 miliar tersebut belum dihitung dengan sektor yang mengalami kerugian lainya seperti perdagangan, transportasi, pergudangan dan logistik, dan badan/jasa keuangan, sehingga apabila ditotal sebesar Rp 1 triliun.
"Banjir kemarin itu ada beberapa bank yang tidak beroperasi, ditambah dengan banyaknya toko ritel yang juga tutup dan aksesnya yang terhambat, total keseluruhanya Rp 1 triliun, tapi ini masih tergolong rendah," ucapnya.
Dampak ekonomi akibat banjir berpengaruh 0,025 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta. Hamid menjelaskan, kerugian kecil dikarenakan banjir cepat surut dan cepat tertangani. Selain itu, teknologi yang cepat memviralkan suatu kejadian memberi kesan positif pada kesiapsiagaan masyarakat.
"Tapi tentu untuk mengantisipasi ini, ke depan kita harus menyiapkan sarana-prasarana yang lebih siap lagi," katanya.
Hal serupa juga diutarakan oleh Ketua Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI), Sarman Simanjorang. Menurutnya, banjir pada 1 Januari 2020 dipastikan jauh lebih besar kerugiannya dibandingkan dengan banjir pada 25 Februari kemarin. Sebab, momen Tahun Baru, seharusnya warga bisa menikmati hari libur dengan berpergian ke tempat wisata di Ibukota.
"Karena 1 Januari tahun baru, jadi banyak pusat destinasi wisata sangat sepi dan kerugiannya tentu sangat besar, kalau sekarang (banjir 25 Februari) kerugiannya tidak lebih besar ketimbang di 1 Januari," tandasnya.