Warga Diminta Tingkatkan PHBS Cegah DBD
Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur mengajak warga terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta menjadi juru pemantau jentik (jumantik) mandiri di rumahnya masing-masing. Ajakan ini disampaikan untuk mencegah kasus demam berdarah dengue (DBD) di tengah pandemi Coronavirus Disease (COVID-19) seperti saat ini.
Ini harus diantisipasi bersama,
Kepala Sudinkes Jakarta Timur, Indra Setiawan menuturkan, banyak faktor yang menyebabkan kemunculan kasus DBD. Antara lain, banyaknya genangan atau sisa air hujan terutama di area yang sulit dijangkau sehingga menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah.
"Tempat penyimpanan barang bekas yang terisi air hujan menjadi tempat potensial berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti. Ini harus diantisipasi bersama. Tidak hanya oleh pemerintah melainkan juga masyarakat secara keseluruhan," ujar Indra, Rabu (15/4).
Kelurahan Cilangkap Lakukan FoggingSaat ini, sambung Indra, upaya pencegahan yang dilakukan jajarannya yakni dengan meningkatkan sistem kewaspadaan dini. Kemudian melakukan pemantauan secara ketat melalui surveilans aktif berbasis rumah sakit dan puskesmas. Upaya lainnya, mengaktifkan Korwil DBD sampai ke tingkat kelurahan. Di mana setiap hari Jumat turun ke daerah binaan untuk monitoring pelaksanaan PSN.
Namun sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), monitoring dilakukan secara online dan melakukan pembinaan teknis terhadap kader jumantik.
"Pemantauan jentik tetap dilakukan oleh Jumantik sesuai jadwal dengan memperhatikan kewaspadaan diri. Seperti menggunakan masker dan menjaga jarak fisik dengan orang lain. Warga juga diimbau menjadi Jumantik mandiri," katanya.
Ditambahkan Indra, dalam kurun waktu tiga bulan terakhir, kasus DBD di Jakarta Timur tercatat mengalami peningkatan. Pada bulan Januari dan Februari kasus masih rendah karena memang saat itu merupakan waktu perindukkan jentik.
"Memasuki Maret kasus mulai terlihat peningkatannya. Tercatat pada Januari ada 80 kasus, Februari 174 kasus dan Maret meningkat menjadi 305 kasus," tandas Indra.