Perkembangan PLTSa Merah Putih di Bantar Gebang, Ubah Ribuan Ton Sampah Jadi Energi Terbarukan
Progam untuk menanggulangi tumpukan sampah dan memperpanjang umur manfaat TPST Bantar Gebang merupakan salah satu prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2019 melalui Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Pusat Teknologi Lingkungan (PTL) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam pilot project Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPST Bantar Gebang dan telah meresmikan PLTSa tersebut dengan nama Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Merah Putih.
Mencapai 783,63 MWh
Selain menanggulangi tumpukan sampah dan memperpanjang umur manfaat TPST Bantar Gebang, upaya ini juga bertujuan mendorong penggunaan dan pengembangan inovasi pengelolaan sampah untuk menghasilkan energi listrik.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Syaripudin menyampaikan, sepanjang tahun 2020, PLTSa Merah Putih telah beroperasi selama 221 hari dan mengolah 9.879 ton sampah dengan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) yang dihasilkan sejumlah 1.918 ton.
Pemprov DKI Berkolaborasi Olah Sampah TPST Bantar Gebang Jadi Energi Terbarukan"Berdasarkan jumlah hari operasional sinkronisasi dengan turbin, total energi listrik yang dihasilkan mencapai 783,63 MWh atau sekitar 110,59 kWh/ton sampah yang dibakar. Tahun 2020 diproduksi 29,263 paving block dan produksi rata-rata per bulan sebesar 3,658 buah/bulan sebagai pemanfaatan FABA," ujar Syaripudin, dikutip dari siaran pers PPID Provinsi DKI Jakarta.
Perlu diketahui, PLTSa Merah Putih merupakan PLTSa pertama di Indonesia yang didesain dengan waktu beroperasi selama 24 jam/hari dan 250-300 hari/tahun, dengan menggunakan bahan bakar sampah berkapasitas 100 ton/hari.
Sementara itu, menurut Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Asep Kuswanto, dengan adanya PLTSa diharapkan akan tersedianya alternatif pengolahan sampah yang mampu mereduksi sampah secara signifikan, cepat, ramah lingkungan, serta dapat menghasilkan listrik. Selain itu masyarakat juga bisa memperoleh pembelajaran dalam pengolahan sampah secara termal guna implementasi pada fasilitas pengolahan sampah sejenis skala besar di masa mendatang. "Hal tersebut sejalan dengan visi TPST Bantar Gebang, sebagai pusat riset dan studi persampahan," tandasnya.