You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Perayaan Nyepi di Pura Aditya Jaya Rawamangun Dibatasi
....
photo Nurito - Beritajakarta.id

Perayaan Nyepi di Pura Aditya Jaya Rawamangun Terapkan Protokol Kesehatan Ketat

Perayaan Nyepi Tahun Baru Saka 1943 di Pura Aditya Jaya, Rawamangun, Jakarta Timur, Sabtu (13/3), digelar dengan penerapan protokol kesehatan ketat.

Panita pelaksana membatasi umat yang hadir maksimal hanya 50 orang

Panita pelaksana membatasi umat yang hadir maksimal hanya 50 orang. Saat sebelum pandemi COVID-19, biasanya umat yang hadir bisa mencapai 1.000 orang lebih di pura tersebut.

Selain itu, sebelum melakukan ritual ibadah, umat yang hadir diperiksa suhu tubuhnya dan wajib mengenakan masker serta mencuci tangan di westafel yang tersedia. Kemudian di tempat ibadah, mereka wajib menjaga jarak satu sama lain.

Upacara Melasti di Pura Segara Digelar dengan Prokes Ketat

Ketua Panitia Pelaksana Perayaan Hari Suci Nyepi Tahun Baru Saka 1943 DKI Jakarta, Ida Bagus Jayapati mengatakan, yang hadir di pura hanya unsur perwakilan pengurus wilayah, perwakilan tokoh agama, tokoh umat dan ketua majelis.

"Umat kami imbau melakukan doa dan sembahyang di rumah masing-masing," kata Bagus.

Menurutnya, kegiatan perayaan Nyepi ini dimulai dari pukul 09.00 hingga 12.30. Sedangkan untuk sore hingga malam hari, tidak ada kegiatan sembahyang lagi di pura ini.

Ida memaparkan, ada empat tahapan yang dilakukan dalam perayaan Nyepi di pura ini. Diawali dengan upacara Melasti, yakni menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan di laut. Karena laut merupakan simbol air kehidupan (tirtha amertha).

Kedua, Tawur Agung Kesanga. Merupakan upacara butha yadnya. Dimana secara simbolis ritual penyucian alam semesta yang dilakukan sehari sebelum catur brata penyepian atau hari suci Nyepi.

Ketiga, Nyepi atau Catur Brata Penyepian. Dimana umat Hindu melakukan empat pantangan, mulai Minggu (14/3) hingga Senin (15/3). Yakni Amati Geni (tidak menyalakan api atau tidak mengobarkan hawa nafsu), Amati Karya (tidak bekerja atau aktivitas fisik), Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak mencari hiburan atau bersenang-senang).

Tahap ritual terakhir yaitu Ngembak Geni, umat melakukan simakrama, silaturahmi, saling memaafkan antar keluarga, umat dan masyarakat lingkungan.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Puskesmas Mampang Prapatan Wakili Jaksel di Lomba Konvensi Mutu Tingkat Provinsi

    access_time05-11-2024 remove_red_eye2155 personTiyo Surya Sakti
  2. Rintik Hujan Diprediksi Basahi Jaksel dan Jaktim di Malam Hari

    access_time30-10-2024 remove_red_eye1256 personTiyo Surya Sakti
  3. Pemprov DKI Adakan Rakor Pilkada Ramah Anak

    access_time29-10-2024 remove_red_eye1210 personAldi Geri Lumban Tobing
  4. DPRD-Kanwil Kemenag DKI Bahas Sekolah Madrasah Gratis

    access_time29-10-2024 remove_red_eye1064 personDessy Suciati
  5. Pimpinan Dewan-Pj Gubernur DKI Teken MoU KUA-PPAS APBD 2025

    access_time01-11-2024 remove_red_eye977 personDessy Suciati