You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Separuh Penduduk Jakarta Terdeteksi Memiliki Antibodi Covid-19, Hasil Survei Serologi Kolaborasi Din
.
photo Istimewa - Beritajakarta.id

Separuh Penduduk Jakarta Terdeteksi Memiliki Antibodi COVID-19, Hasil Survei Serologi Kolaborasi Dinkes DKI Jakarta dan Lembaga Kesehatan

Dalam menyusun strategi penanganan dan pengendalian wabah COVID-19, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berkolaborasi dengan Tim Pandemi FKM UI, Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia melakukan survei serologi di Ibu Kota. Survei ini secara spesifik ingin mengukur proporsi warga Jakarta yang memiliki antibodi terhadap COVID-19.

Melalui survei ini, kita dapat memperkirakan proporsi warga Jakarta yang pernah terinfeksi oleh virus SARS CoV-2, baik yang teridentifikasi/terkonfirmasi oleh tes PCR maupun yang tidak

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Widyastuti, menjelaskan, serologi merupakan teknik berbasis imunologi yang bertujuan untuk mengukur respons imun terhadap suatu antigen dari sediaan darah seseorang. Apabila seseorang pernah terpapar pada agen infeksius tertentu, tubuhnya akan terpicu menghasilkan antibodi spesifik yang dapat dideteksi.

Warga Cengkareng Barat Antusias Ikuti Vaksinasi COVID-19

“Melalui survei ini, kita dapat memperkirakan proporsi warga Jakarta yang pernah terinfeksi oleh virus SARS CoV-2, baik yang teridentifikasi/terkonfirmasi oleh tes PCR maupun yang tidak. Kita bisa melihat juga gambaran lebih utuh tentang situasi pandemi di Jakarta. Sehingga, strategi penanganan dan pengendaliannya pun bisa disesuaikan,” terangnya dalam Konferensi Pers Diseminasi Hasil Survei Serologi COVID-19 secara daring, pada Sabtu (10/7), dikutip dari Siaran Pers PPID Provinsi DKI Jakarta.

Lebih lanjut, pakar epidemiologi dari Tim FKM UI, Pandu Riono, menjabarkan, dari hasil survei ini terlihat bahwa hampir separuh penduduk Jakarta pernah terinfeksi COVID-19, terbanyak pada usia 30-49 tahun. Infeksi pada kelompok perempuan lebih tinggi (47,9%) dan kelompok yang belum kawin lebih rendah risiko terinfeksi (39,8%).

“Penduduk di wilayah padat penduduk lebih rentan terinfeksi COVID-19 (48,4%). Semakin meningkat indeks massa tubuh, semakin banyak juga yang terinfeksi, dalam hal ini kelebihan berat badan (52,9%) dan obesitas (51,6%). Orang dengan kadar gula darah tinggi juga lebih berisiko,” paparnya.

Ia juga menjelaskan, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi adalah sebesar 44,5% dengan estimasi warga yang pernah terinfeksi adalah 4.717.000 dari total penduduk Jakarta sebanyak 10.600.000 orang. Dari jumlah estimasi warga yang pernah terinfeksi, hanya 8,1% yang terkonfirmasi. Sebagian besar yang pernah terinfeksi, tidak terdeteksi. Selain itu, sebagian besar yang pernah terinfeksi, baik terdeteksi maupun tidak terdeteksi, tidak pernah merasakan gejala.

“Kekebalan komunal di Jakarta akan lebih sulit tercapai karena Jakarta adalah kota terbuka dengan mobilitas intra dan antarwilayah yang tinggi. Konsekuensinya, semua penduduk yang beraktivitas di Jakarta, baik warga Jakarta maupun pendatang, harus memiliki kekebalan (telah tervaksinasi) yang dapat mengatasi semua varian virus,” tuturnya.

Pandu menyebut, tidak menutup kemungkinan pandemi ini berubah menjadi endemi dan diperlukan strategi penanganan pandemi secara cepat dan signifikan untuk jangka pendek, serta diperlukan antisipasi jangka menengah dan panjang. Karena, seperti diketahui, vaksinasi memang dapat menekan risiko perawatan di rumah sakit dan risiko kematian walaupun tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan.

Untuk itu, Pemerintah akan memperkuat 3T (Testing, Tracing, Treatment) agar dapat mengendalikan pandemi ini, selain terus melakukan percepatan vaksinasi untuk semua warga. Namun, masyarakat juga harus terbiasa untuk mampu menilai risiko dan menjaga pola hidup sehat dengan kebiasaan 5M agar siap berkegiatan secara produktif di tengah ancaman jangka panjang endemi COVID-19 dan tentu segera vaksinasi.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Anies Baswedan, turut menegaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta sejak awal menggunakan pendekatan saintifik dari para ilmuan di bidangnya sebagai dasar pengambilan keputusan dan penanganan pandemi COVID-19 di Jakarta. Maka dari itu, Gubernur Anies mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada banyak pihak yang terlibat, termasuk FKM UI, Lembaga Eijkman, CDC Indonesia, dan lain sebagainya.

“Kami di DKI Jakarta sejak awal masa pandemi ini mempercayakan arah kebijakan pada pendekatan saintifik dan ilmuwan di bidangnya. Kita menggunakan rujukan pada data-data, merujuk pada pendekatan ilmiah, dan transparansi jadi kata kunci yang kita pegang sejak awal. Karena itu, kami dalam setiap aspek kebijakan selalu berkonsultasi, bertukar pikiran,” jelas Gubernur Anies.

“Izinkan saya menyampaikan terima kasih pada tim FKM UI yang telah dalam perjalanan satu setengah tahun ini mendampingi, memberikan guidance dalam melakukan navigasi menghadapi pandemi COVID-19 ini. Kami akan terus memegang prinsip ini, menggunakan pendekatan ilmiah, dan selalu transparan, karena kami percaya situasi ini tidak selesai dalam hitungan minggu, karena itu untuk bisa berjalan bersama, rakyat harus percaya Pemerintah dan Pemerintah harus bisa dipercaya. Caranya dengan menyampaikan apa adanya dan menyampaikan dengan dasar bukti yang menggunakan metode ilmiah,” tambahnya.

Selain itu, menurut Gubernur Anies, penanganan dan perkembangan pandemi COVID-19 di Jakarta dapat menjadi referensi bagi daerah lain bahkan bagi kota-kota lain di dunia. Maka dari itu, Pemprov DKI Jakarta akan mendukung penuh berbagai metode ilmiah, termasuk penelitian, survei dan pengambilan data di tingkat mikro.

“Kami mendukung all out survei uji klinis, penelitian dan apapun yg berkaitan dengan COVID-19 di DKI Jakarta. Bahkan, kita sampai mengerahkan jajaran di wilayah untuk ikut ambil data. Survei ini bukan yang kali pertama dilakukan, bahkan survei kita kerjakan juga dengan institusi di luar Indonesia, kampus yang melakukan penelitian, juga teman-teman yang memiliki think tank di urusan COVID-19 kami selalu berikan akses dan kita dukung,” terangnya.

“Beberapa penelitian tentang COVID-19 di Jakarta sudah masuk di jurnal internasional dan ikut jadi feedback negara lain. Mengapa dilakukan? Jakarta tidak boleh jadi pemain lokal, Jakarta harus jadi pemberi arah internasional. Ini adalah kota megapolitan terbesar di belahan selatan dunia dan kita memiliki pengalaman yang cukup untuk jadi pelajaran dunia internasional. Sehingga, kita ada di tataran global bukan semata-mata untuk menyerap info, tapi sebaliknya kita memberikan info, memberikan pengalaman dan bisa jadi rujukan,” tandasnya.

Sebagai tambahan informasi, survei serologi dilaksanakan berbasis populasi dengan metode sampling, pada kurun waktu 15-31 Maret 2021. Survei dilakukan di 100 kelurahan di 6 wilayah Kota/Kabupaten Administrasi, mencakup 4.919 sampel berusia >1 tahun (98,4%) dari total 5.000 target sampel, meliputi 54% perempuan dan 46% laki-laki, dengan kelompok usia 1-14 tahun (21,6%), 15-49 tahun (52%), 50+ tahun (26,4%).

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Kolaborasi Transjakarta - Telkomsel Tingkatkan Pelayanan bagi Pelanggan

    access_time19-12-2024 remove_red_eye1454 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Pemprov DKI Tetapkan UMSP 2025, Ini Rinciannya

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1379 personFolmer
  3. Operasi Modifikasi Cuaca Efektif Kurangi Curah Hujan di DKI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1288 personBudhi Firmansyah Surapati
  4. Transjakarta Uji Coba Layanan 'Open Top Tour of Jakarta'

    access_time21-12-2024 remove_red_eye1262 personAldi Geri Lumban Tobing
  5. Pemprov DKI Raih Penghargaan Indeks Reformasi Hukum dari Kementerian Hukum RI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1130 personFolmer