Ini Upaya Pemkot Jaktim Cegah Penyebaran Hepatitis Akut
Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur terus berupaya mencegah merebaknya kasus hepatitis akut di wilayahnya.
Warga juga kami minta mengindari kontak dengan orang sakit
Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur, Indra Setiawan mengatakan, di wilayah ini telah ditemukan dua kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.
Dua pasien hepatitis tersebut sudah dirujuk ke Rumah Umum Daerah (RSUD) Kramat Jati dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Cegah Hepatitis Akut, Posko Kesehatan akan Didirikan di Jakpus"Dari kedua kasus ini, satu kasus bukan merupakan hepatitis misterius. Satu kasus lagi masih menunggu hasil dari pemeriksaan lanjutan," katanya, Sabtu (14/5).
Menurut Indra, sejauh ini Pemkot Jakarta Timur telah mengambil sejumlah upaya untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Di antaranya melakukan surveilans secara aktif melalui puskesmas dan RSUD untuk mendeteksi dan melaporkan secara cepat kasus dugaan hepatitis akut.
Kemudian melakukan penyelidikan epidemiologi untuk memutus rantai penularan penyakit ini. Bersama dengan itu juga digencarkan promosi kesehatan untuk mengedukasi kepada masyarakat terkait pencegahan hepatitis akut.
Misalnya rajin mencuci tangan dengan sabun, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih serta tidak bergantian alat makan dengan orang lain.
"Warga juga kami minta mengindari kontak dengan orang sakit, menjaga kebersihan rumah dan menerapkan protokol kesehatan," terang Indra.
Selain di sektor kesehatan, sambung Indra, kegiatan promosi kesehatan untuk mencegah hepatitis akut juga dilakukan di sekolah-sekolah melalui penyuluhan kepada siswa.
Para siswa juga diedukasi untuk rajin mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan
dan menghindari kontak dengan orang sakit."Kita juga melakukan pemeriksaan jajanan anak sekolah. Kemudian, memonitoring peserta didik terkait gejala-gejala hepatitis akut," ungkap Indra.
Ia menyebutkan, gejala awal hepatitis akut ini ditandai mual, muntah, diare berat dan demam ringan. Adapun gejala selanjutnya air kencing berwarna pekat seperti teh dan Buang Air Besar (BAB) berwarna putih pucat, warna mata dan kulit menguning, kejang dan kesadaran menurun.
"Siswa yang mempunyai gejala seperti ini sebaiknya tidak masuk sekolah. Guru juga kita minta melaporkan ke puskesmas terdekat," tandasnya.