200 Pelajar Ikuti Sosialisasi Anti Korupsi di SMKN 57 Jakarta
Sebanyak 200 siswa perwakilan dari 25 sekolah di Jakarta Selatan, mengikuti sosialisasi budaya anti korupsi di SMKN 57 Jakarta, Rabu (19/10). Kegiatan yang dikemas dalam sebuah roadshow bus anti korupsi dan gebyar seni ini hasil kolaborasi Inspektorat dan Dinas Pendidikan DKI Jakarta.
Pemprov DKI memiliki komitmen untuk memastikan Jakarta bebas dari korupsi.
Dalam kegiatan tersebut, para siswa tingkat SD SMP SMK SMA di lingkungan wilayah Jakarta Selatan diedukasi dan diberikan sosialisasi tentang bahaya korupsi. Sosialisasi bukan hanya di ruang aula sekolah namun juga di dalam bus yang telah didesain untuk edukasi anti korupsi. Mereka duduk bersila di atas karpet yang ada di dalam bus ukuran besar itu.
Tak hanya itu, kegiatan juga diwarnai dengan penyerahan piagam penghargaan dari Inspektur Provinsi DKI Jakarta, Syaefuloh Hidayat, kepada Kepala SMKN 57 dan Kepala Sudin Pendidikan Wilayah I dan II Jakarta Selatan sebagai pendukung gerakan anti korupsi di DKI Jakarta. Kemudian penayangan video refleksi program pencegahan korupsi.
Wujudkan Pemerintahan Profesional dan Akuntabel, Pemprov DKI Hadirkan Ragam Inovasi Layanan PublikInspektur Provinsi DKI Jakarta, Syaefuloh Hidayat mengatakan,
sosialisasi anti korupsi sengaja menyasar ke sekolah-sekolah karena para siswa merupakan cikal bakal penerus bangsa, sehingga sejak dini mereka harus ditanamkan nilai-nilai kejujuran, nilai integritas dan lainnya. Pihaknya akan terus aktif keliling sekolah untuk mensosialisasikan budaya anti korupsi. Ini untuk menularkan nilai-nilai anti korupsi. Sehingga diharapkan kelak mereka bisa menjadi duta anti korupsi.
"Pemprov DKI memiliki komitmen untuk memastikan Jakarta bebas dari korupsi. Karena itu kita terus menjalankan program penanganan dan pencegahan korupsi. Salah satunya melalui gerakan implementasi nilai-nilai budaya anti korupsi," kata Syaefuloh.
Menurutnya, nilai-nilai budaya anti korupsi itu sangat bagus jika ditanamkan sejak dini pada para siswa. Karena itu sosialisasi dan edukasi lebih difokuskan ke sekolah-sekolah, berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan. Program ini juga bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Alhamdulillah kegiatan berjalan lancar dan siswa antusias mengikutinya. Karena acara dipadu dengan gelaran seni budaya," imbuh Syaefuloh.
Pihaknya berjanji akan terus mengkampanyekan anti korupsi dengan mendatangi sekolah-sekolah di Jakarta, tempat-tempat pelayanan publik dan sentra-sentra keramaian atau berkumpulnya masyarakat. Seperti di tempat wisata Ragunan, Ancol, Monas dan lainnya.
Harapannya dari kegiatan ini, siswa atau masyarakat dapat mengetahui nilai-nilai budaya anti korupsi. Sehingga akan tumbuh komitmen untuk menegakkan nilai-nilai budaya anti korupsi di seluruh wilayah Jakarta.
Sementara, salah seorang siswa SMAN Ragunan, Muhammad Rafi (17) mengatakan, sosialisasi anti korupsi ini sangat bagus karena ternyata korupsi tidak harus dalam bentuk uang. Namun juga bisa dalam hal lainnya. Seperti di kalangan siswa berupa pemerasan, menjiplak, bolos sekolah dan lainnya, bisa dikategorikan sebagai korupsi kecil.
"Dengan sosialisasi ini kita jadi tahu bahwa tanpa sadar kita melakukan korupsi kecil. Tentu ini untuk pembelajaran kita siswa di sekolah agar ke depan bisa lebih baik lagi dan tahu tentang korupsi," kata Rafi.
Hal senada ditandaskan Rosanny Tina Indriana Damanik (16), siswa SMAN Ragunan lainnya. Bahwa ia sangat merespon positif kegiatan ini. Karena ia jadi bisa mengetahui bagaimana cara menyikapi dan tahu apa arti korupsi. Karena jika kita sering melakukannya hal yang kecil sekalipun maka akan menjadi terbiasa dan membesar.
"Materi yang diberikan narasumber juga sangat mudah dicerna oleh siswa. Sebagai generasi muda, kita diajak untuk belajar agar penerus bangsa tidak terpengaruh atau diracuni oleh wabah korupsi," kata Rosa.
Sementara, Muhammad Ghani Hayaturasyid (12) siswa SDN Ragunan 01, mengatakan, walau baru duduk di bangku SD kelas 6 ia juga sudah memahami tentang korupsi. Diakuinya, materi yang diberikan juga cukup mudah diterima.
"Ternyata korupsi itu sangat berbahaya bisa merusak bangsa. Kita berharap tidak ada kasus korupsi di Jakarta atau di Indonesia," kata Ghani.