Risa Saraswati Berbagi Pengalaman di Balik Karya Misterinya
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Provinsi DKI Jakarta bersama dengan Perpustakaan Jakarta, Pusat Dokumen Sastra (PDS) HB Jassin dan Penerbit Bukune menyelenggarakan acara yang bertemakan ‘Dunia Misteri Dalam Karya-karya Risa’ di Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu.
Saya kaget, terima kasih untuk kalian semua
Acara ini menghadirkan Risa Saraswati, penyanyi dan penulis asal Bandung yang telah melahirkan karya-karya horror ternama seperti Danur (2011), Ivanna Van Dijk (2018), dan sejumlah karya sukses lainnya.
Risa Saraswati berbagi pengalaman menarik dan pemikiran mendalam di balik setiap karyanya di hadapan 170 peserta yang hadir.
Dispusip DKI Jakarta Gelar IKRA dan Baca Jakarta Triwulan IV 2023Para peserta langsung diajak menyelam pada kisah-kisah horor dari Risa. Dalam penyampaian awal, Risa mengungkapkan proses pertama kali dalam menulis kisah-kisah horor. Dia menyebut semua bermula melalui sosial media, Twitter.
"Jadi pada awalnya memang saya suka cerita hantu, pada saat itu di Twitter. Banyak sekali orang yang menunggu cerita saya ketika malam Jumat. Saya waktu itu pakai hastag #GhostTweet. Isinya menceritakan tentang pengalaman saya bertemu hantu,” ujar Risa, Senin (14/11).
Dia mengatakan, semua dimulai saat dirinya menulis lagu tentang hantu yang berjudul Story of Peter. Dari situ, banyak orang bertanya tentang sosok Peter dan Risa menjawabnya lewat Ghost Tweet. Setelahnya, Risa mulai bercerita tidak hanya melalui Twitter, tetapi juga lewat platform Blogger.
Penulis buku ‘Danur’ itu mengaku dirinya tidak percaya diri saat proses penulisan buku pertamanya. Beruntung, editor di Bukune bernama Syafial berhasil meyakinkan Risa untuk menulis buku pertamanya dan percaya diri untuk menuntaskan penulisan buku tersebut. Risa menyebut, pengalamannya dalam menulis Story of Peter dan kawan-kawannya merupakan pengalaman yang indah.
“Jadinya buat saya, pengalaman bersama Peter CS bukan hal yang menakutkan, itu menjadi kenangan yang indah buat saya. Tetapi ketika diceritakan kepada orang lain, ibu saya sih langsung pingsan,” kata Risa.
Lebih jauh, Risa juga menuturkan perasaannya saat pertama kali mendapati kemampuan untuk bisa mengetahui sesuatu yang tak kasat mata itu. Pada awalnya dia merasa bahwa hal tersebut adalah kutukan.
“Jadi sebenarnya butuh waktu belasan tahun untuk bisa mencapai ini dan akhirnya saya bilang bahwa ini cara saya berdamai dengan kemampuan saya,” ucap Risa seraya membagikan pengalaman masa kecilnya.
Suasana menjadi semakin mencekam sebab tidak hanya disuguhi cerita menarik yang menegangkan, tetapi juga dilengkapi dengan dekorasi ruangan yang menakutkan melalui manekin hitam bergaun putih menghiasi sekeliling ruangan di acara Cerita Mati Matian kali ini.
Risa berkesempatan melakukan sesi tanya jawab dengan para pengunjung yang hadir di penghujung acara. Mereka tampak antusias dan bersemangat melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Risa mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pengunjung.
“Saya kaget, terima kasih untuk kalian semua. Saya pikir orang kenal saya lewat Jurnal Risa. Tapi ternyata, banyak juga yang kenal saya lewat buku dan karya-karya saya yang lain. Terima kasih untuk kalian,” tutup Risa.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) DKI Jakarta, Firmansyah mengatakan, acara ini menjadi salah satu inisiatif Dispusip dalam meningkatkan minat baca masyarakat, terutama di bidang literasi horor yang kini semakin populer.
Kerja sama dengan Perpustakaan Jakarta dan PDS HB Jassin menjadi langkah strategis dalam menggelar acara yang berhasil menciptakan suasana akrab dan penuh inspirasi.
“Cerita Mati Matian membuktikan bahwa literasi horor tidak hanya menarik bagi kalangan pembaca yang sudah mapan, tetapi juga mampu memikat perhatian generasi muda. Acara ini menciptakan wadah yang hangat dan mendalam bagi diskusi seputar dunia misteri dan literasi,” tandasnya.