You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Musim Kemarau, Ahok Pertimbangkan Hujan Buatan
.
photo Yopie Oscar - Beritajakarta.id

Musim Kemarau, Ahok Pertimbangkan Hujan Buatan

Mengantisipasi kekeringan akibat musim kemarau yang diprediksi hingga Oktober mendatang, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mempertimbangkan untuk menurunkan hujan buatan di ibu kota. Rancana ini baru akan direalisasikan apabila badai El-Nino lebih panjang sesuai perkiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Kalau El-Nino lebih panjang sesuai perkiraan BMKG kita akan pertimbangkan hujan buatan

"Kalau El-Nino lebih panjang sesuai perkiraan BMKG kita akan pertimbangkan hujan buatan," kata Ahok di Balaikota, Jumat (31/7).

Meski begitu Ahok mengaku masih mencarikan dana yang akan digunakan untuk hujan buatan tersebut. Karena Ahok sadar, dalam pengambilan keputusan akan ada pro dan kontra dari sebagian kalangan.

Pemprov DKI Serius Atasi Masalah Kekeringan

"Tapi dananya itu darimana, apakah sudah dianggap darurat, nanti tahu sendiri banyak musuh saya," ucap Ahok.

Atas dasar itulah Ahok mengaku lebih memilih untuk menunggu jika keadaan sudah dianggap darurat. Sebab saat ini kondisi kekeringan di Jakarta belum darurat sehingga mendesak untuk menurunkan hujan buatan. Dia enggan terkena persoalan bila memutuskan untuk menggunakan dana APBD DKI untuk hujan buatan.

Sementara itu, untuk mengatasi persoalan kekeringan di Jakarta, Ahok berencana untuk mengirim pasokan air dari Perusahaan Air Minum (PAM) Jaya ke wilayah yang mengalami kekeringan. Pengiriman air dilakukan setelah Ahok mendapat laporan terjadinya kekeringan di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat.

"Harus kirim air ke wilayah yang kekeringan. Makanya, agar mudah kami perintahkan PAM Jaya bangun sendiri pengolahan air melalui dana PMP (penyertaan modal pemerintah) tahun depan. Jadi semua air, sumur, kami olah sendiri," jelas Ahok.

Sebelumnya BMKG memprediksi fenomena El Nino akan menguat mulai Agustus hingga Desember. Hal tersebut menyebabkan musim kemarau di Indonesia terjadi hingga November. El Nino merupakan gejala penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik sekitar katulistiwa khususnya di bagian tengah dan timur (sekitar pantai Peru).

Hal ini menyebabkan adanya penyimpangan iklim. Dalam laman resmi BMKG dinyatakan, dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar Indonesia umumnya hangat. Ini membuat proses penguapan mudah terjadi dan awan-awan hujan mudah terbentuk.

Namun saat fenomena El Nino terjadi, perairan sekitar Indonesia umumnya tak seperti biasanya karena suhunya turun. Akibatnya, terjadi perubahan pada peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia. Hal ini berdampak pada pengurangan jumlah curah hujan yang signifikan di Indonesia.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Kolaborasi Transjakarta - Telkomsel Tingkatkan Pelayanan bagi Pelanggan

    access_time19-12-2024 remove_red_eye1427 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Pemprov DKI Tetapkan UMSP 2025, Ini Rinciannya

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1331 personFolmer
  3. Operasi Modifikasi Cuaca Efektif Kurangi Curah Hujan di DKI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1259 personBudhi Firmansyah Surapati
  4. Transjakarta Uji Coba Layanan 'Open Top Tour of Jakarta'

    access_time21-12-2024 remove_red_eye1189 personAldi Geri Lumban Tobing
  5. Pemprov DKI Raih Penghargaan Indeks Reformasi Hukum dari Kementerian Hukum RI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1103 personFolmer