Target Penyerapan APBD DKI Tetap 97 Persen
Meski pada tahun sebelumnya meleset dari target awal, penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2014 tetap ditargetkan hingga 97 persen. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pun diminta untuk memaksimalkan penyerapan dengan mengevaluasi semua program yang telah dijalankan pada tahun sebelumnya. Selain itu, semua program kegiatan diminta untuk dilaksanakan lebih awal.
Tahun ini tetap sama targetnya hingga 97 persen
Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengatakan, target penyerapan tetap sama seperti tahun sebelumnya yakni mencapai 97 persen. SKPD diingatkan untuk menggunakan anggaran semaksimal mungkin. Terlebih APBD 2014 melonjak tajam hingga Rp 72 triliun. "Tahun ini tetap sama targetnya hingga 97 persen," kata Jokowi, di Balaikota DKI Jakarta, Jumat (11/4).
Jokowi sendiri sempat kesal dengan penyerapan APBD 2013 yang meleset dari target yakni hanya 83 persen dari total anggaran Rp 51 triliun. Sehingga para SKPD diminta untuk mengevaluasi program yang ada sehingga bisa memaksimalkan penyerapan tahun ini. "Realisasi APBD tahun ini harus lebih baik dari tahun 2013," tegas Jokowi.
Jadi Capres, Jokowi Tetap Fokus Pembangunan JakartaDari catatan Jokowi, hingga 8 April, penyerapan belanja baru mencapai 4,56 persen. Angka tersebut hampir sama dengan penyerapan pada periode yang sama tahun sebelumnya. Namun untuk total nilai jumlahnya berbeda, karena anggaran tahun ini lebih besar. "Ini mirip-mirip dengan tahun lalu, tapi kan sekarang totalnya lebih besar," ujarnya.
Agar bisa memaksimalkan penyerapan, SKPD diminta untuk segera menjalankan program yang ada. Selain itu, dievaluasi kembali kegiatan yang tidak dapat dijalankan sehingga bisa dimasukan dalam APBD perubahan. Tujuannya untuk menekan angka Sisa Lebih Penggunaan Anggaran (Silpa). "Harus segera bergerak, APBD dimulai seawal mungkin. Jangan diulangi lagi dikerjakan semuanya di akhir tahun," tegasnya lagi.
Menurut Jokowi, dengan kegiatan dilakukan lebih awal juga agar kualitas pekerjaan lebih baik dan tidak terburu-buru. Pasalnya selama ini, semua pekerjaan selalu dilakukan mendekati akhir tahun dan terkesan terburu-buru. Hasilnya pun dikhawatirkan tidak maksimal, karena pekerjaan fisik justru dikerjakan saat musim penghujan.
"Kalau dikerjakannya kejar-kejaran akhirnya kualitas barang. Dan akan jadi masalah kalau jadi temuan. Makanya semua dikerjakan maju terutama berkaitan fisik, konstruksi, dan waktu. Bayangkan buat gedung atau rumah, dimulai saat bulan basah. Saat hujan baru gali pondasi. Sekarang kan terang benderang, kenapa tidak dimulai dari sekarang," tandas Jokowi.