Festival Harmoni Istiqlal Pamerkan Perkembangan Budaya Islam Nusantara
Festival Harmoni Istiqlal yang digelar 10 Desember 2024 hingga 28 Februari 2025 mendatang, memamerkan perkembangan budaya Islam di Nusantara.
"Harmoni Istiqlal ini berawal dari kesadaran tata ruang karena ada cipta kawasan."
Inisiator Festival Harmoni Istiqlal, Handoko Hendroyono menjelaskan, kegiatan hasil kolaborasi Kementerian Agama, Kementerian Kebudayaan, Kementerian UMKM, Badan Pengelola Masjid Istiqlal dan Gerakan Pemajuan Kebudayaan Cipta ini dibagi dalam tiga ruang pamer. Yakni, Istiqlal dan kawasan, Islam di Nusantara serta ruang Imam Bukhari.
"Harmoni Istiqlal ini berawal dari kesadaran tata ruang karena ada cipta kawasan. Dimana Istiqlal memegang peranan penting menjadi energi besar dalam pengembangan kawasan Lapangan Banteng," katanya, Jumat (27/12).
COIN 2024 Berhasil Raup Omzet Rp 2,5 MiliarDipaparkan Handoko, pada ruang pertama dipamerkan beragam sketsa bangunan bernilai sejarah di kawasan sekitar Lapangan Banteng seperti Gedung Istana Merdeka, Gereja Imanuel, Gedung Departemen dan Pos Bloc lengkap dengan caption literasi bangunan.
Kemudian juga ada replika maket Istiqlal dan kawasan sekitar karya Arya Angga Sinaga, pemenang lomba desain Ibukota Negara.
Menurut Handoko, desain maket itu menegaskan pentingnya peran trotoar sebagai serambi silaturahmi sekaligus penyambung kawasan dengan Istiqlal sebagai epicentrum.
"Selain memamerkan sketsa dan maket, ruang pertama juga menampilkan sejumlah foto lama dan kekinian keindahan bangunan Istiqlal,"jelasnya.
Selanjutnya, pada ruang kedua dipamerkan beragam linimasa literasi perkembangan Islam dari pertama masuk dan perkembangannya di Indonesia.
Ruang itu juga menampilkan beragam produk budaya, seni dan peralatan sehari-hari masyarakat hasil akulturasi.
Beragam hal yang dipamerkan ini, menurut Handoko, menegaskan bagaimana tahapan Islam masuk dan berkembang di Indonesia mampu beradaptasi serta berakulturasi dengan budaya, etnis juga tingkatan sosial masyarakat. Hal ini merupakan ciri khas berkembangya Islam di Indonesia dan berpotensi menjadi epicentrum Islam dunia.
Dalam ruangan kedua ini, ungkap Handoko, dipamerkan beragam lukisan kaca dari Cirebon dengan motif wayang berisi kaligrafi, batik rofiah, komik religi, berbagai syair dan manuskrip kuno dari Pulau Penyengat.
"Dalam ruang kedua ini juga terdapat area pamer seni kontemporer digital yang selaras dengan nilai Islami," ungkapnya.
Sedangkan ruang ketiga memamerkan beragam literasi hadist Imam Bukhari dan seni teknologi imersif. Lalu juga ada area relaksasi digital yang langsung didatangkan dari Galeri Buchari Islamic Art, Uzbekistan.
"Untuk pengunjung kita kenakan tiekt masuk Rp 35 hingga Rp 45 ribu," katanya.
Disebutkan Handoko, selama festival digelar jumlah pengunjung rata-rata per hari mencapai sekitar 1.300 orang.
Tidak hanya menyuguhkan edukasi dan hiburan, Festival Harmoni Istiqlal juga dimeriahkan dengan bazar yang diikuti lebih dari 100 pelaku UMKM dengan berbagai produk.
"Bazar ini dalam rangka membangkitkan perekonomian," tukasnya.
Diakui Handoko, ke depan pihaknya juga akan melibatkan partisipasi dari berbagai negara lain seperti Qatar, Turki, Malaysia dan Cina.
"Semoga kegiatan ini bisa menjadi referensi dan literasi Islam yang damai serta toleran, juga membuka mata publik terhadap ruang imanjinasi serta ekspresi. Berikutnya Qatar sudah menunggu untuk berpartisipasi," tandasnya