50 Sampel Urine Atlet Jabar Diperiksa di Labkesda DKI
Laboratorium Kesehatan Daerah (Lakesda) DKI Jakarta, dipercaya untuk melakukan pemeriksaan sampel urine atlet angkat besi dari Provinsi Jawa Barat (Jabar). Adanya kandungan doping dalam urine atlet, akan menjadi rekomendasi penilaian.
Hasil tes doping ini baru ketahuan minggu depan. Karena setiap 20 sampel, baru diketahui hasilnya 5 hari ke depan
Kepala Labkesda DKI Jakarta, Endra Muryanto mengatakan, tes doping atlet asal Jawa Barat rutin dilakukan di Labkesda DKI setiap akan ada kejuaraan atau turnamen. Tes doping untuk menyeleksi atlet jujur dan berprestasi. Mereka yang tidak menggunakan doping, akan diikutsertakan dalam PON 2016 yang akan digelar di Bandung, Jawa Barat.
"
Hasil tes doping ini baru ketahuan minggu depan. Karena setiap 20 sampel, baru diketahui hasilnya 5 hari ke depan ," ujar Endra Muryanto, Jumat (2/10).Ahok Ingin Atlet DKI Berjaya di Asian Games 2018Menurut Endra, ada 50 sampel urine yang diajukan oleh Persatuan Angkat Besi Indonesia (PABSI). Dan baru diberikan pada Kamis (1/10) kemarin.
Endra mengatakan, pemeriksaan urine terbagi dalam dua jenis. Yakni tes hanya untuk kegiatan pelatihan, hasilnya baru diketahui setelah 5 hari. Kemudian tes urine untuk pertandingan, hasilnya diketahui 10 hari kemudian.
"Karena lebih banyak senyawa yang diperiksanya sehingga butuh waktu lebih lama. Karena yang dikirim dari Bandung saat ini untuk pelatihan maka hasilnya baru diketahui 5 hari," tuturnya.
Sesuai standar internasional, lanjut Endra, sampel urine atlet yang diambil selalu dalam dua botol. Standarnya, setiap pengambilan urine harus 90 mililiter dan langsung dimasukkan ke dalam botol merk Fersafak, produksi Jerman. Untuk botol A berisi 50 mililiter dan botol B 25 mililiter. Selebihnya untuk pemeriksaan di lapangan, untuk mengecek senyawa PH. Di botol A, jika hasilnya positif mengandung doping maka akan disimpan selama 3 bulan.
Biaya tes doping ini sesuai dengan retribusi daerah yang ditetapkan Pemprov DKI. Untuk tes doping pelatihan, setiap sampelnya dikenakan biaya Rp 700 ribu. Sedangkan untuk kompetisi atau pertandingan dikenakan biaya Rp 1,6 juta. "Ya itu, karena lebih banyak senyawa yang diperiksanya," tandasnya.