Aksi May Day, Pengusaha Rugi Triliunan Rupiah
Aksi buruh yang diperingati tiap tanggal 1 Mei tidak hanya melumpuhkan sejumlah jalan di ibu kota, tapi juga berimbas kerugian ekonomi hingga triliunan rupiah. Kerugian tersebut sebagai akibat dari tidak beroperasinya sekitar 5.000 perusahaan yang bergerak di sektor real ditambah perusahaan perbankan dan perdagangan yang juga turut tidak beroperasi karena libur. Sedangkan pada hari buruh tahun 2013 lalu, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta mencatat kerugian yang diderita mencapai ratusan milliar.
Kita belum hitung secara rinci, tapi bayangkan bila satu perusahaan garmen biasa memproduksi 7.000 produk dengan harga per piecenya 3-4 dollar dan stop operasi. Belum lagi tidak beroperasinya sektor keuangan dan perdagangan
Wakil Ketua Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang mengatakan, beban ekonomi yang ditanggung tidaklah sebanding. Dirinya pun melihat bahwa hari libur yang diberikan tidak efektif karena justru dipergunakan para buruh untuk turun ke jalan.
"Kita belum hitung secara rinci, tapi bayangkan bila satu perusahaan garmen biasa memproduksi 7.000 produk dengan harga per piecenya 3-4 dollar dan stop operasi. Belum lagi tidak beroperasinya sektor keuangan dan perdagangan," ujarnya kepada beritajakarta.com
, Jumat (2/5).Demo Buruh, Layanan Transjakarta Koridor 1 TerhentiDi Jakarta sendiri, ada sekitar 5.000 perusahaan yang tersebar di berbagai sentra industri seperti, Daan Mogot, Jakarta Barat, Jl Raya Bogor dan Kawasan Industri PT Jiep, Jakarta Timur serta kawasan KBN Cakung dan Marunda Jakarta Utara. Lanjut Sarman, dengan ditetapkan sebagai hari libur dunia usaha merasa terbebani, apalagi ditambah ada 2 hari libur pemilu di tahun ini.
"Ini baru pertama kali diberlakukan dan kita lihat hasilnya tidak efektif. Saya berharap pemerintah pusat mau mengkaji penerapannya di tahun mendatang," tegasnya.
Sedangkan Kepala HRD PT Bangun Busana Maju, Bernard Aritonang membenarkan, kerugian yang diderita pengusaha akibat penetapan 1 Mei sebagai hari libur. Sebagai perusahaan yang berdiri di dalam KBN Cakung, Cilincing, selain stop produksi, beban ongkos pengiriman perusahaannya juga meningkat 300 persen akibat beralih menggunakan pesawat.
"Di KBN Cakung ini ada 83 perusahaan garmen, kalau begini jadinya bisa gulung tikar kita. Seharusnya pemerintah berlaku adil, jangan hanya meliburkan buruh tapi malah memukul sektor usaha," tandasnya.