You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
. Muhtar juga mendapatkan ratusan Kilo Gram (Kg) daging import di Pasar-pasar Tradisional di wilayah
Maraknya daging import yang dijual di pasar-pasar Tradisional di Jakarta Utara menjadi perhatian Suku Dinas (Sudin) Perikanan, Peternakan dan Kelautan (P2K) Jakarta Utara. Beberapa hari lalu, Kepala Sesi Pengawasan dan Pengendalian (Wadal) P2K, M. M.
photo doc - Beritajakarta.id

Daging Sapi Impor Banjiri Pasar Tradisional Jakut

Daging sapi impor kembali marak diperjualbelikan di pasar-pasar tradisional di Jakarta Utara, sehingga mengancam harga daging sapi lokal. Padahal, daging sapi impor itu hanya diperbolehkan dijual ke hotel, restoran, dan rumah makan atau horeka.

Masih banyak pedagang di pasar-pasar tradisional yang menjual daging impor. Kami langsung memberikan peringatan kepada mereka

Suku Dinas (Sudin) Perikanan, Peternakan, dan Kelautan (P2K) Jakarta Utara mengklaim, rutin melakukan pemantauan ke sejumlah pasar tradisional. Hasilnya, sejumlah pedagang ditemukan masih nekat menjual daging impor. Menurut para pedagang, menjual daging impor lebih laku ketimbang daging lokal karena harganya lebih murah.

Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian, Sudin P2K Jakarta Utara, Muhammad Mikron mengatakan, pihaknya beberapa hari lalu masih menemukan ratusan kilogram daging impor yang dijual pedagang di Pasar Rawa Badak, Koja. Selain itu, sejumlah pedagang di Pasar Kalibaru, Pasar Sunter Agung, dan Pasar Pademangan juga masih berjualan daging impor.    

Penjual Bakso Daging Celeng di Tambora Diamankan

"Masih banyak pedagang di pasar-pasar tradisional yang menjual daging impor. Kami langsung memberikan peringatan kepada mereka. Kalau masih nekat, kami akan melakukan pemanggilan dengan berkoordinasi dengan Dinas P2K," kata Muhammad Mikron, Selasa (13/5).

Menurut Mikron, jika masih membandel menjual daging impor, pihaknya tidak segan-segan melakukan penyitaan. "Harus ada tindakan tegas untuk melindungi peternak lokal," tegasnya. 

Di samping itu, Mikron pun mengimbau kepada para pembeli untuk bisa membedakan daging impor atau daging lokal. Perbedaan itu bisa terlihat dari daging lokal yang berwarna merah dan selalu digantung, sedangkan daging impor biasanya dijual dalam kondisi beku.

Salah seorang pedagang daging impor di Pasar Rawa Badak , Otong (50) mengaku, menjual daging impor karena harganya lebih murah.  “Harga daging impor lebih murah, perbedaanya bisa hampir Rp 20 ribu," ujarnya.

Namun, meski harganya lebih murah, banyak pembeli masih memilih daging sapi lokal. “Sebagian pembeli sudah tahu kualitas  daging impor tidak sesegar daging lokal,” tambahnya.

Sejumlah pembeli mengaku, meski murah daging impor dikhawatirkan sudah tak segar lagi. “Khawatir aja, karena kelamaan disimpan di ruang dingin. Apalagi kalau dijual di pasar tradisional seperti ini, tak pakai pendingin,” kata Neneng, seorang pembeli.

Neneng menjelaskan, jika terlalu lama di ruang terbuka, daging sapi impor bisa rusak. Jika sudah mencair tidak bisa dimasukkan lagi ke pendingin, mau tidak mau harus langsung dimasak atau dibuang.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. 14.485 Wisatawan Telah Kunjungi Kepulauan Seribu

    access_time03-04-2025 remove_red_eye839 personAnita Karyati
  2. Warga dan Pimpinan OPD Hadiri Open House Bersama Gubernur Pramono

    access_time31-03-2025 remove_red_eye670 personAldi Geri Lumban Tobing
  3. ASN Pemprov DKI dan Warga Padati Open House Lebaran Wagub Rano

    access_time01-04-2025 remove_red_eye668 personFolmer
  4. Hari Lebaran, 26.581 Pemudik Tinggalkan Jakarta dari Stasiun Pasar Senen

    access_time31-03-2025 remove_red_eye668 personDessy Suciati
  5. Ancol Disambangi 150.000 Wisatawan Hingga Lebaran Hari Ketiga

    access_time02-04-2025 remove_red_eye638 personAnita Karyati

Hitung Mundur 22 Juni 2027

00
Hari
00
Jam
00
Menit
00
Detik