Menilik Sejarah Teater Poros Jakarta di Kawasan Senen
Berawal dari rasa kepedulian akan kondisi lingkungan di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Asep Syaripudin (52) mendirikan wadah seni bagi anak-anak muda yang diberi nama Teater Poros Jakarta.
Saya bersyukur, dukungan para orang tua di wilayah ini sangat tinggi
Sanggar teater yang dibentuk pada 1990 tersebut didirikan untuk menyalurkan bakat dan minat generasi muda di kawasan sekitar agar tidak terjerumus ke hal negatif.
"Pada zaman itu, kawasan Senen bisa dibilang rawan dengan perbuatan negatif. Karena itu saya terpanggil mendirikan teater ini," kata Asep kepada Beritajakarta.id, Selasa (7/4).
Mengintip Kesenian Lenong di Sanggar Seni Betawi Bintang TimurBerbekal ilmu yang dimiliki, Asep berupaya mengajak masyarakat Senen mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa untuk mempelajari seni teater. Ajakan itu pun membuahkan hasil manis karena mendapat respon positif dari masyarakat sekitar.
"Saya bersyukur, dukungan para orang tua di wilayah ini sangat tinggi. Mereka mendorong anak-anaknya untuk bergabung dalam Teater Poros Jakarta," ungkapnya.
Asep menuturkan, di sanggarnya ini, para anak didiknya yang berjumlah 30 orang berlatih seni teater dua kali dalam sepekan, tepatnya setiap Sabtu dan Minggu dari pukul 15.00-18.00.
"Kita mengangkat cerita dari dalam dan luar negeri. Salah satunya kita pernah angkat cerita Nyai Dasima saat pentas di wilayah Tanggerang, Banten beberapa tahun lalu," tuturnya.
Ia menambahkan, sejak lima tahun terakhir, Teater Poros Jakarta juga membuka pelatihan seni teater di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Senen. Hasilnya, banyak pemuda dari dalam maupun luar wilayah Senen yang tertarik bergabung ke dalam sanggar bentukannya ini.
"Dengan adanya Teater Poros Jakarta, para remaja di kawasan Senen bisa menyalurkan energinya ke hal positif," tandasnya.