Keren! Bank Sampah Ini Olah Limbah Plastik Jadi Bernilai Ekonomi
Untuk mengurangi sampah plastik, anggota Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri RW 14, Kompleks Angkasa Pura, Kelurahan Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, berhasil mengolah sampah tersebut menjadi bernilai ekonomi. Bank sampah yang berdiri sejak tahun 2013 itu, hingga kini tercatat telah memiliki 185 nasabah.
Jadi kami memanfaatkan limbah sampah plastik untuk menambah pendapatan sekaligus mengurangi limbah sampah di sekitar kita
Esti Sumarwati (55), salah satu pengelola Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri mengaku, hingga kini semua nasabah aktif menyetorkan sampahnya seperti kardus, kertas, botol air mineral dan lain sebagainya.
"Kebanyakan nasabah menyetorkan satu hingga tiga kilogram bekas botol air mineral dalam satu minggu. Kemudian diikuti kardus yang bisa mengumpulkan satu hingga lima kilogram per minggu. Kami juga menerima sampah organik," ujar Esti, kepada Beritajakarta.id, Sabtu (27/11).
60 Lukisan Berbahan Limbah Plastik Dipamerkan di Kantor Kelurahan RawamangunMenurutnya, untuk sampah non organik seperti kardus saat ini dihargai Rp 1.000 per kilogram dan botol plastik Rp 1.509 per kilogram. Sedangkan untuk sampah organik Rp 500 per kilogram. Nantinya, sampah yang dikumpulkan tersebut akan dijual ke pengepul menjadi uang nasabah. Khusus sampah non organik selain dijual ke pengepul juga akan diubah menjadi kreasi kerajinan tangan yang nantinya bisa dijual sehingga memiliki nilai ekonomi.
Dikatakan Esti, untuk pembuatan kreasi kerajinan tangan, pihaknya sudah melakukan sejak tahun 2018, dengan kreasi seperti tas, pakaian, kursi, dan lain sebagainya.
"Jadi kami memanfaatkan limbah sampah plastik untuk menambah pendapatan sekaligus mengurangi limbah sampah di sekitar kita. Misalnya sampah dari bekas bungkus kopi kita manfaatkan menjadi pakaian, lalu kertas dan kardus bekas buat seperti kotak tisu, piring anyaman, dan lainnya. Namun saat ini kita sedang fokus membuat bangku dari botol plastik," tutur Esti.
Menurutnya, untuk membuat kerajinan tangan seperti bangku mini membutuhkan 30 botol ukuran besar yang diikat menjadi satu menggunakan selotip sehingga kokoh dan kuat. Bangku mini tersebut dihargai mulai dari Rp 70-100 ribu tergantung besar dan ukurannya. Biasanya, produk berbahan plastik itu dipasarkan saat bazar atau ada kunjungan ke bank sampah.
Sri Murtini (48), anggota lainnya dari Bank Sampah Hijau Selaras Mandiri menambahkan, produk kerajinan tersebut biasanya dibuat dua minggu sekali atau sesuai pesanan yang masuk.
"Biasanya kita menerima pesanan satu hingga dua bangku setiap dua minggu. Kami juga berencana mengadakan pelatihan untuk ibu-ibu rumah tangga agar bisa memanfaatkan limbah dari sampah rumah tangga sehingga diharapkan bisa menambah pemasukan bagi mereka," ucapnya.
Ditambahkan Sri, omzet dari hasil kerajinan tangan bisa mencapai Rp 1-2 juta. Namun, dalam dua tahun terakhir atau saat pandemi omzet yang masuk berkurang hanya menjadi Rp 500- 700 ribu.
"Hasil dari penjualan kerajinan tangan kami gunakan untuk pembelian kembali bahan kebutuhan untuk membuat kerajinan tangan dan dimasukkan ke kas bank sampah. Kami berharap kegiatan ini dapat terus berkembang dan memiliki daya tarik masyarakat serta menjadi contoh untuk bank sampah lainnya," tandasnya.