Petani di Jakbar Kesulitan Air
Akibat musim kemarau, petani di Jakarta Barat mengalami kesulitan air untuk mengaliri sawahnya. Sebagian petani bahkan memanfaatkan air kali atau selokan dekat sawah untuk mengairi sawah.
Sudah tiga bulan tidak turun hujan dan untuk mengairi sawah, kami membendung air kali dengan memgumpulkannya, ada seminggu baru kami aliri ke sawah
Muhammad Idul (65), salah satu petani menuturkan, karena tidak adanya irigasi yang mengaliri sawahnya, ia membendung air kali selama tujuh hari. Menurut Idul, banyak rumput liar yang tumbuh di sekitar sawahnya karena kekurangan air.
"Sudah tiga bulan tidak turun hujan dan untuk mengairi sawah kami membendung air kali dengan memgumpulkannya, ada seminggu baru kami aliri ke sawah," katanya, Kamis (6/8).
Kemarau, Petani Jakpus Tetap Panen MaksimalDikatakan Idul, untuk menggarap satu petak sawah, dirinya harus mengeluarkan modal sebesar Rp 700 ribu. Sementara untuk hasil panennya, Idul memperoleh hingga lima kwintal sebelum musim kemarau, namun saat musim kemarau ia hanya memperoleh tiga kwintal saja.
Kasudin Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Jakarta Barat, Renova Ida Siahaan mengatakan, pihaknya akan meninjau lokasi untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi para petani tersebut. Pihaknya belum bisa memberikan bantuan lantaran belum adanya anggaran untuk membantu kesulitan para Petani. "Mayoritas sawah itu milik pengembang," tandas Renova.
Sekedar dikatahui, saat ini jumlah sawah yang ada di Jakarta Barat sebanyak 116 hektare, yaitu 5 hektare di Kalideres, 50 hektare di Semanan, 57 hektare di Pegadungan dan 4 hektare di Meruya Selatan.