120 Peserta Diedukasi Pencegahan Kekerasan Perempuan dan Anak
Sebanyak 120 peserta mengikuti kegiatan sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di halaman Kantor Kelurahan Susukan, Ciracas, Jakarta Timur Selasa (19/11). Kegiatan yang diikuti kader Posyandu Balita dan Posbindu ini digelar hingga Rabu (20/11) besok.
"Kegiatan diikuti kader Posyandu Balita dan Posbindu,"
Lurah Susukan Andri Priwitama Maila mengatakan, peningkatan kapasitas lembaga kemasyarakatan ini merupakan bagian dari sosialisasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kementerian Dalam Negeri.
Isak Tangis Warnai Upacara Pelepasan Jenazah Junaedi
"Kegiatan diikuti kader Posyandu Balita dan Posbindu,"
ujar AndriDiungkapkan Andri, kegiatan pada hari pertama ini menghadirkan narasumber Kanit PPA Polres Metro Jakarta Timur, AKP Sri Yatmini dan Psikolog Habsari Noor Safitri. Untuk hari kedua, Rabu (20/11), narasumbernya Psikolog Klinik Kejiwaan Puskesmas Kecamatan Ciracas, Sulastri Pardede.
Dalam sosialisasi ini, AKP Sri Yatmini menyampaikan materi tentang kasus kekerasan seksual terhadap anak, kenakalan remaja, bullying, kekerasan terhadap anak dan masalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
"Kekerasan seksual dapat digolongkan dalam beberapa hal. Yaitu yang dilakukan secara verbal, non fisik dan daring atau melalui teknologi informasi dan komunikasi," ujar Andri.
Dia mencontohkan bentuk kekerasan seksual, selain pemerkosaan. Seperti menyentuh, mengusap, meraba, memegang dan menggosokkan bagian tubuh pada area pribadi seseorang. Kemudian mengirimkan foto, video, audio yang materinya bermassa seksual tanpa persetujuan penerimanya.
Selain itu menguntit atau mengambil dan menyebarluaskaniInformasi pribadi, termasuk gambar seseorang tanpa persetujuan. Ia juga menyinggung masalah bullying atau penindasan yang dilakukan terhadap pelajar.
"Bullying ini berdampak negatif pada pelaku maupun korban,"tegasnya.
Dia juga menjelaskan tentang faktor penyebab terjadinya kekerasan pada anak dalam keluarga. Di antaranya, orang tua mengalami perlakuan salah atau trauma pada masa anak-anak, orang tua agresif dan emosional.
Kemudian, karena faktor orang tua tunggal, pernikahan dini dan belum siap secara emosional dan ekonomi,.