You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
247 Kasus Kekerasan Perempuan Terjadi di Jakbar
Kasus kekereasan wanita .
photo doc - Beritajakarta.id

Kekerasan Terhadap Perempuan di Jakbar Cenderung Meningkat

Krisis nilai moral yang dialami masyarakat modern saat ini, tidak terkecuali di Jakarta Barat, menjadi penyebab meningkatnya kasus kekerasan terhadap perempuan. Apalagi di Jakarta Barat yang kena banyak terdapat lokasi hiburan malam dan usaha pengerah jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI), tentunya memiliki potensi besar terhadap kekerasan terhadap perempuan.

Sepanjang tahun 2014  dari awal Januari-Juni ada 247 kasus kekerasan perempuan yang terjadi, dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah pada akhir tahun


Dari data  Kantor Pemerdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (KPMPKB) Jakarta Barat, tahun 2013 lalu tercatat ada 391 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sementara tahun ini, hingga bulan Juni telah dilaporkan 274 kasus. Jumlah tersebut diprediksi terus meningkat hingga akhir tahun.

"Sepanjang tahun 2014  dari awal Januari-Juni ada 247 kasus kekerasan perempuan yang terjadi, dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan bertambah pada akhir tahun," ujar Nila S, Kepala Seksi Pemberdayaan Perempuan Kasie Pemberdayaan Perempuan dan Anak KPMPKB Jakarta Barat, Senin (23/6).

Terlibat Perdagangan Manusia, Izin Tempat Hiburan Bakal Ditutup

Nila menjelaskan, kasus kekerasan terhadap perempuan, berdasarkan lokasinya, dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni kasus kekerasan perempuan yang terjadi rumah tangga, kekerasan di tempat hiburan malam dan kekerasan terhadap perempuan di PJTKI.

"Dari 247  kasus itu, 60 persen terjadi di lingkungan rumah tangga, 25 persen di tempat hiburan malam dan 15 persen terjadi di tempat usaha tenaga kerja atau penampungan TKW," jelas Nila.

Nila mengungkapkan, beragam cara dilakukan untuk menekan jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan, misalnya dengan langkah preventif, yaitu mengajak tokoh masyarakat, kepolisian dan Pusat Pelayan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) untuk melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat yang dianggap rawan terjadi kasus kekerasan perempuan.

"Kita akan mencegah dengan mengajak semua pihak yang ada di wilayah untuk melakukan pengawasan dan sosialisasi produk hukum yang berkaitan dengan kekerasan perempuan," ucap Nila.

Ia menambahkan, sejumlah faktor pemicu terjadinya kekerasan antara lain, stres dalam rumah tangga akibat pemutusan hubungan kerja, pengangguran dan kemiskinan. Di samping itu juga karena lemahnya komitmen saat akan menikah dan perbedaan persepsi.

Kekerasan juga bisa terjadi karena preseden buruk dari orang tua yang broken home. Secara psikologis, anak dari keluarga yang sering bertengkar mengalami gangguan psikis dan tumbuh kembangnya, sehingga ketika dewasa dan menikah kemungkinan juga melakukan hal yang sama.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Plt Wali Kota Jaktim Tinjau Posko Antitawuran di Batu Ampar

    access_time16-04-2025 remove_red_eye4019 personNurito
  2. Sudin Tamhut Jaktim Tambah Pengamanan dan Sarpras di Taman Mahoni

    access_time11-04-2025 remove_red_eye2774 personNurito
  3. DPRD Dukung Jakarta Jadi Kota Perfilman

    access_time14-04-2025 remove_red_eye1745 personFakhrizal Fakhri
  4. Langkah Pemprov Gunakan Truk Sampah Listrik Diapresiasi

    access_time14-04-2025 remove_red_eye1555 personFakhrizal Fakhri
  5. Program Kampung Iklim Bakal Diimplementasikan di RW 01 Pondok Bambu

    access_time14-04-2025 remove_red_eye1418 personNurito

Hitung Mundur 22 Juni 2027

00
Hari
00
Jam
00
Menit
00
Detik