Sudin Sosial Bakal Intensifkan Razia Anak Punk
Keberadaan anak punk di seputaran wilayah Jakarta Barat kembali marak pasca Lebaran. Padahal bulan Ramadhan lalu, setelah gencar dilakukan razia, aktivitas anak punk sempat sepi di jalanan.
Umumnya mereka mencari uang sebagai pengamen dan tinggal di kolong-kolong jembatan
Anak punk yang mayoritas berprofesi sebagai pengamen ini kerap meresahkan masyarakat. Pasalnya tidak jarang mereka memaksa penumpang angkutan umum atau pengendara kendaraan pribadi untuk memberikan uang saat mengamen.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Ika Yuli Rahayu mengatakan, pasca Lebaran ini memang keberadaan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), khususnya anak punk kembali marak di sejumlah titik di Jakarta Barat.
150 PMKS Dipulangkan ke Daerah AsalMenurut Ika, untuk di wilayah Tambora, mereka biasanya bergerombol di kawasan Jembatan Dua, Jembatan Besi, dan Pasar Pagi. “Umumnya mereka mencari uang sebagai pengamen dan tinggal di kolong-kolong jembatan,” ujar Ika, Rabu (20/8).
Menurut Ika, selain di Tambora, anak punk juga banyak ditemukan di wilayah Cengkareng, Kalideres, Grogol dan Kebon Jeruk. "Sejak Januari hingga Juni sudah ada sekitar 30 anak punk yang kami razia yang selanjutnya kami serahkan ke Panti Sosial Bina Insani Kedoya,” terangnya.
Terkait keresahan warga atas aktivitas anak punk yang kerap memeras, Ika berjanji dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar razia anak punk.
Sementara itu, Polsek Metro Tambora, Jakarta Barat sebelumnya telah menangkap enam orang anak punk, ua diantaranya perempuan. Mereka kepergok tengah memeras penumpang angkot saat mengamen di kawasan Tambora.
Kapolsek Metro Tambora, Kompol Dedy Tabrani menerangkan, keenam anak punk yang diamankan adalah, Cucung alias Mat Roji (25), Lintang (23), Andi Wijaya (22), Dede (23), Sri (23), dan Aprilia (22).