You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Program Ikan Cupang Tekan Jumlah Penderita DBD
Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Jakarta Barat mengalami penurunan signifikan, setelah sempat melonjak pada bulan Maret dan April lalu. Selain gencar melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan sosialisasi 3M (mengub.
photo doc - Beritajakarta.id

Program Ikan Cupang Tekan Jumlah Penderita DBD

Jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Jakarta Barat mengalami penurunan signifikan, setelah sempat melonjak pada bulan Maret dan April lalu. Selain gencar melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan sosialisasi 3M (mengubur, menguras dan menutup), program pemberdayaan ikan cupang diklaim juga mampu menekan perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti.

Karena ikan cupang memiliki kemampuan memakan jentik nyamuk dengan cepat. Jadi semenjak kami galakkan kegiatan itu, ada penurunan kasus DBD

“Selain PSN dan program 3M untuk pencegahannya, sejak tahun ini kami juga menebar ikan cupang dalam akuarium, bak mandi atau kolam penampungan air. Karena ikan cupang memiliki kemampuan memakan jentik nyamuk dengan cepat. Jadi semenjak kami galakkan kegiatan itu, ada penurunan kasus DBD,” kata Widyastuti, Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Jumat (26/9).

Widyastuti mengatakan, program tentang pemberdayaan ikan cupang tersebut sudah dilakukan pihaknya di Kecamatan Palmerah. Saat ini hasilnya sudah terlihat dengan adanya penurunan penderita DBD di Kecamatan Palmerah.

231 Warga Kramatjati Terserang DBD

"Palmerah ini percontohan untuk program pemberdayaan ikan cupang. Tahun lalu sebagai kecamatan tertinggi kasus DBD, tetapi tahun ini sudah menurun dan berpindah ke Cengkareng," ujar Widyastuti.

Widyastuti menuturkan, saat ini pemberdayaan ikan cupang sedang menyasar wilayah Kembangan Utara. Karena wilayah tersebut adalah wilayah kelurahan yang sedang rawan DBD. "Kecamatan Cengkareng wilayah yang rawan, tetapi untuk tingkat Kelurahannya Meruya Utara. Indikasi dari banyaknya kasus bisa dilihat dari lingkungannya serta perilaku warganya," jelasnya.

Namun, meski kasus DBD mulai mengalami penurunan, dirinya menyayangkan belum banyaknya warga yang sukarela menjadi juru pemantau jentik (jumantik).  "Padahal idealnya dalam satu RT sedikitnya memiliki satu orang jumantik. Karena ini sifatnya kerja sosial jadi kami kesulitan mencari kader jumantik. Akhirnya masih ada kader dari RT lain yang dipinjam ke RT yang belum memiliki kader," paparnya.

Widyastuti berharap, tren penurunan kasus DBD di Jakarta Barat bisa terus berlanjut dengan mewaspadai indeks Angka Bebas Jentik (ABJ) di setiap lingkungan. "Kita harus bersinergi agar kasus penderita DBD dapat ditekan sekecil-kecilnya," tukasnya.

Dari data Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, pada bulan Januari sebanyak 166, Februari 260 kasus, Maret 364 kasus, April 431 kasus. Kemudian pada Mei 293 kasus, Juni 256 kasus, Juli 159 kasus, Agustus 137 kasus dan September 36 kasus.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Wakil Ketua Komisi A Sambut Positif Program Pemutihan Ijazah

    access_time01-05-2025 remove_red_eye1847 personFakhrizal Fakhri
  2. DPRD-Koopsud 1 Bahas Mitigasi Bencana Hidrometeorologi

    access_time28-04-2025 remove_red_eye1740 personFakhrizal Fakhri
  3. Anggota DPRD DKI Brando Susanto Tutup Usia

    access_time27-04-2025 remove_red_eye1726 personBudhi Firmansyah Surapati
  4. Ingub No 6/2025 Efektif Bentuk Kebiasaan Baru Gunakan Transportasi Umum

    access_time30-04-2025 remove_red_eye1657 personFakhrizal Fakhri
  5. DPRD DKI Ingatkan Warga Waspada Informasi Palsu Rekrutmen PPSU

    access_time30-04-2025 remove_red_eye1564 personFakhrizal Fakhri

Hitung Mundur 22 Juni 2027

00
Hari
00
Jam
00
Menit
00
Detik