DKI Pantau Banjir Lewat Teknologi Berbasis Twitter
Penggunaan teknologi informasi semacam Twitter coba dimaksimalkan Pemprov DKI dengan menjadikannya sebagai alat untuk memantau banjir di ibu kota. Dengan menggandeng Universitas Wollongong Australia yang memiliki fasilitas infrastruktur SMART dan pihak Twitter, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta meluncurkan situs www.petajakarta.org yang berguna memantau dan memetakan banjir di Jakarta menggunakan teknologi open-source bernama, geosocial intelligence engineering.
Kami tidak butuh data yang banyak, tapi kami butuh smart data, dan sensor terpintar yang kami punya adalah masyarakat itu sendiri
Teknologi open-source memiliki sistem kerja mengubah tweet dengan geo-tag menjadi data yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI guna mengenali, mengarahkan, dan merespons lebih cepat terhadap banjir musiman di wilayah ibu kota secara lebih detail.
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, pihaknya akan mampu menanggulangi banjir lebih cepat dan baik menggunakan situs petajakarta.org. Bahkan, Pemprov DKI juga akan mengembangkan sistem ini lebih jauh hingga ke tingkat rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW), sehingga penanggulangan banjir dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.
Tingkatkan Efisiensi Kerja, DKI Manfaatkan TI"RT/RW akan kami bayar kalau dia mengirim berita ke sistem kami," ujarnya, Selasa (2/12).
Ia mengatakan, perlu dilakukan pembicaraan untuk menyatukan sistem antara Twitter dan Google Waze yang sebelumnya sudah bekerja sama untuk masalah data kemacetan di Jakarta.
"Pertengahan Desember akan kita lakukan planning. Kita sudah punya satu sistem tweet, dari Google, contoh, katakanlah, kalau dia mau gaji RT/RW 900 ratus ribu, misalnya, ya sudah sehari kamu kira mesti ngetweet 3 kali. Satu kali tweet 10 ribu," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Penelitian Fasilitas Infrastruktur SMART Universitas Wollongong, Pascal Perez menjelaskan, proyek ini tidak sekadar mengumpulkan data banjir secara pasif tapi juga merupakan wujud tindakan.
"Kami tidak butuh data yang banyak, tapi kami butuh smart data, dan sensor terpintar yang kami punya adalah masyarakat itu sendiri. Melalui kerja sama antara BPBD dan Twitter. Kita memberdayakan masyarakat untuk melaporkan masalah banjir yang terjadi di sekitarnya secara realtime," jelasnya.
Ia menambahkan, kerja sama hibah data ini merupakan yang pertama di dunia antara Twitter, universitas, dan badan penanggulangan bencana. Sebab program petajakarta.org merupakan suatu penggunaan data Twitter yang inovatif guna mengatasi permasalahan serius banjir yang berdampak pada jutaan orang.
"Jakarta adalah tempat yang ideal untuk menghasilkan sinyal realtime kualitas tinggi bagi sistem penanggulangan bencana BPBD. Hal ini menunjukkan bagaimana data Twitter dapat mendorong perubahan sosial yang positif serta memberdayakan masyarakat," tambahnya.
Pada acara launching, Ahok menjadi orang pertama yang menggunakan hastag #banjir di @PetaJkt. Dia menuliskan, 'Pak @jokowi_do2, kena banjir Jakarta? Bantu tweet ke @petajkt #banjir cek petajakarta.org & follow @BPBDJakarta utk info lebih lanjut'.
Sekadar diketahui proyek petajakarta.org dimulai pada bulan Mei 2014 dan dilaksanakan bersama BPBD DKI Jakarta. Penggunaan aplikasi ini untuk mendukung penanggulangan banjir di ibu kota yang dihuni oleh lebih dari 10 juta jiwa. Berbagai permasalahan seperti penanganan sungai dan pesisir, serta peningkatan permukaan laut membuat Jakarta sangat cocok dijadikan sebagai lokasi untuk menguji efektivitas teknologi yang mengandalkan sistem crowd funding pada petajakarta.org tersebut.