PMI DKI Butuh 5 Unit Transfusi Darah Tambahan
Akibat minimnya anggaran, PMI DKI Jakarta belum bisa membangun Unit Transfusi Darah (UTD) di masing-masing wilayah di ibu kota. Saat ini fasilitas UTD baru ada di Markas PMI DKI dan Jakarta Utara. Diharapkan ke depan lima wilayah lain bisa memiliki fasilitas UTD.
Padahal UTD ini sangat penting untuk membantu Markas PMI DKI dan adanya pemerataan UTD di wilayah. Sehingga masyarakat akan semakin cepat terlayani
Ketua PMI DKI, Rini Sutiyoso menuturkan, wilayah lain seperti Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Kepulauan Seribu, secara bertahap diharapkan segera dibangun fasilitas UTD, mengingat kebutuhan darah yang makin meningkat.
"Padahal UTD ini sangat penting untuk membantu Markas PMI DKI dan adanya pemerataan UTD di wilayah. Sehingga masyarakat akan semakin cepat terlayani," ujar Rini, Sabtu (13/12).
450 Pendonor Darah Diberi PenghargaanRini menjelaskan, fasilitas yang terdapat di UTD antara lain, tempat penyimpanan darah atau bank darah serta alat pendeteksi empat jenis penyakit yakni, HIV, sipilis, hepatitis B dan TBC.
"Bahkan ke depan akan dikembangkan alat untuk mendeteksi jenis penyakit yang lebih banyak lagi. Tentunya pengoperasiannya bekerjasama dengan rumah sakit terdekat," jelas istri mantan Gubernur DKI, Sutiyoso ini.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, PMI DKI juga memberikan penghargaan pada 230 orang pendonor sukarela. Mereka telah mendonorkan darahnya secara berturut-turut sebanyak 75-100 kali. Pemberian penghargaan ini rutin dilakukan setiap tahunnya oleh PMI DKI.
Rini mengungkapkan, jumlah darah yang terkumpul selama satu tahun dari 230 orang ini mencapai 22,5 liter. Darah tersebut kemudian disumbangkan pada masyarakat ibu kota yang membutuhkan. Namun banyak pula yang diberikan pada warga di daerah penyangga, seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Dari 230 pendonor ini, terdiri kaum pria 220 orang dan wanita 10 orang.
"Pria lebih dominan jumlahnya, karena kalau wanita kan banyak gangguan. Seperti datang bulan, bersalin dan sebagainya," imbuh Rini.
Salah satu pendonor, R Sujono (69) mengaku, menjadi pendonor darah sejak tahun 1979 lalu. Tahun 2014 ini merupakan donor terakhir mengingat usianya yang telah uzur. Sujono merupakan pendonor usia tertua dari 230 pendonor yang ada. Dalam setahun ia bisa mencapai 100 kali mendonorkan darahnya ke PMI DKI.
"Saya mendonorkan darah sejak tahun 1979. Saat itu syarat membuat SIM di Polda Metro Jaya adalah mau mendonorkan darah. Rupanya saya ketagihan mendonor hingga sekarang. Minimal tiga bulan sekali saya mendonorkan darah," tukas pensiunan PNS di Kementerian Kehutanan ini.