Pendangkalan Waduk Pluit, Pemprov DKI Jakarta Lakukan Pemeliharaan Sedimen
Kondisi Waduk Pluit yang mengalami pendangkalan di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan bagian kecil dari seluruh luasan waduk. Memiliki luas 80 hektar, sekitar sepertiga waduk mengalami pendangkalan. Namun, pendangkalan yang memperlihatkan sedimen ke permukaan Waduk Pluit itu akibat kondisi permukaan air mengalami penurunan dari kedalaman maksimal yang mampu ditampungnya.
Sekitar sepertiga waduk.
Hal ini dijelaskan oleh Asisten Sekretaris Daerah Bidang Pembangunan dan Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Yusmada Faizal, saat meninjau lokasi Waduk Pluit yang mengalami pendangkalan di wilayah Penjaringan, Jakarta Utara, Senin (10/6) sore.
Yusmada menerangkan, kondisi cuaca di DKI Jakarta beberapa hari belakangan yang diguyur hujan gerimis dan cuaca mendung, membuat Waduk Pluit harus segera dikosongkan sampai dengan air dalam kondisi Low Water Level.
Waduk Pluit Siap Tampung Aliran Kali CiliwungDengan melakukan pengosongan hingga tingkat Low Water Level ini, diharapkan Waduk Pluit dalam kondisi siap untuk menampung air ketika hujan datang maupun kiriman aliran sungai dari hulu. Proses inilah yang akhirnya memperlihatkan endapan lumpur di sebagian wilayah Waduk Pluit.
"Yang kelihatan sedimennya itu sekitar sepertiga waduk. Yang lainnya sudah dikerjakan, sudah tebal airnya (dibandingkan sedimen)," ujar Yusmada, seperti dikutip dari siaran pers PPID Provinsi DKI Jakarta.
Kepala Seksi Pemeliharaan Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum menambahkan, pengosongan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur.
"(Lapisan Sedimen yang terlihat) Itu hal yang wajar karena kita lagi tidak hujan. Ini cuacanya mendung dan sewaktu-waktu bisa hujan. SOP-nya, kita harus memaksimalkan waduk dalam kondisi kering. Kenapa? Kalau tiba-tiba terjadi hujan, (Waduk Pluit) bisa menampungnya. Secara SOP, kami kosongkan. Karena kami dalam pengosongan, waduknya di-maintenance sambil dikeruk supaya pada saat hujan deras datang, waduk siap nampung," jelas Ika.
Selain itu, Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta telah melakukan proses pengerukan terhadap lapisan sedimen yang dilaksanakan sejak akhir April lalu. Pengerjaan ditargetkan dapat rampung dalam empat bulan ke depan.
"Kami sudah kerjakan (pengerukan) mulai akhir April. Oktober ditargetkan sudah selesai. Sedimen pun (terlihat hanya) di muaranya, dekat pompa ke arah laut," tambah Yusmada.
Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta juga telah mengerahkan enam unit eskavator amfibi dan rencananya akan ditambah jumlahnya menjadi 13 unit untuk memaksimalkan pengerukan sedimen di kawasan Waduk Pluit.
Adapun metode pengerukan sedimen dilakukan dengan cara mengeruk secara estafet menuju pinggir waduk untuk selanjutnya diangkat maupun dibentuk menjadi tanggul. Namun, proses pemeliharaan Waduk Pluit melalui metode ini sempat mengalami kendala karena masa libur Lebaran dan musim kemarau. Dengan wilayah waduk yang cukup luas, alat-alat yang digunakan untuk mengangkut hasil pengerukan tidak bisa langsung dibawa ke pinggir waduk.
Upaya pengerukan sedimen terus dilakukan oleh Dinas SDA Provinsi DKI Jakarta di Waduk Pluit agar dapat menampung air hingga berada pada ketinggian maksimal 3 meter (Top Water Level). Di sisi lain, 10 pompa air yang terdapat di Waduk Pluit terus bekerja untuk mengalirkan air waduk ke laut dan menjaga permukaan air waduk di bawah 1,9 meter dari ketinggian normal, sehingga tinggi muka air dikondisikan dalam kondisi surut sebagai upaya persiapan musim hujan.
Adapun permukaan sedimen yang terlihat saat ini adalah
sedimen saat kondisi low water level. Jarak tinggi muka air saat ini sampai dengan batas atas tanggul (top water level) dijaga sekitar 4,9 meter, sehingga kapasitas waduk cukup besar untuk menampung tambahan air setelah hujan maupun luapan sungai dari hulu.Perlu diketahui pula, Waduk Pluit merupakan waduk pengendali banjir utama untuk mengatasi banjir di DKI Jakarta, seluas 80 hektar, dengan dam catchment area 2.400 hektar.