You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Rupiah Melemah, Produk Pabrikan Tiongkok Jadi Incaran Konsumen
.
photo doc - Beritajakarta.id

Rupiah Melemah, Produk Tiongkok Jadi Incaran

Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa hari terakhir membuat importir dan distributor elektronik dan perkakas di sentra perdagangan Glodok-Kota, Jakarta Barat terpukul. Sebab, omzet mereka menurun drastis akibat menurunnya daya beli masyarakat.

Pembeli saat ini tak peduli lagi dengan kualitas dan merek bagus. Mereka lebih memilih kompor satu tungku pabrikan Tiongkok seharga Rp 65 ribu, ketimbang kompor pabrikan lokal dengan jenis yang sama seharga Rp 90 ribu

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ini membuat harga produk lokal naik hingga 10 hingga 15 persen. Kondisi ini membuat masyarakat lebih memilih membeli produk pabrikan Tiongkok yang jauh lebih murah daripada produk lokal, seperti kipas angin, kompor, penanak nasi, DVD player, dan lampu.

“Pembeli saat ini tak peduli lagi dengan kualitas dan merek bagus. Mereka lebih memilih kompor satu tungku pabrikan Tiongkok seharga Rp 65 ribu, ketimbang kompor pabrikan lokal dengan jenis yang sama seharga Rp 90 ribu,” ujar Liana Kurniawan (34), distributor produk elektronik rumah tangga, pada acara CEO Forum bertajuk “Tantangan, Strategi, dan Peluang Menyongsong Ekonomi Tahun 2015” yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jakarta Barat, Kamis (18/12).

67 Pedagang Setu Babakan Dapat Gerobak Gratis

Dia mengatakan, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat omzet bisnisnya menurun. "Sebelumnya, rata-rata omzet saya sekitar Rp 5 miliar per bulan. Namun kini turun sekitar 20 persen," ujar Liana yang juga anggota HIPMI Jakarta Barat.

Pemilik Toko Saputra di Jl KH Moh Mansyur, Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat ini juga mengatakan, merosotnya nilai tukar rupiah kali ini menjadi pukulan berat bagi pelaku usaha kecil. Terlebih, kondisi ini terjadi setelah kenaikan harrga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu.

"Saat ini, pemilik toko di pasar tradisional hanya mengantongi omzet sekitar ratusan ribu rupiah per hari. Paling hanya ada satu atau dua produk yang laku," ungkapnya.

Hal senada juga dikatakan M Chandra (40), importir peralatan teknik di Glodok. Dampak melemahnya rupiah ini juga dirasakan seluruh pengusaha di seantero Glodok, Kota, Asemka, dan Tambora, dan sekitarnya. Bahkan, akibat kondisi tersebut tegas Candra, dirinya untuk sementara terpaksa menghentikan impor barang dari Tiongkok. "Kalau melihat rupiah seperti sekarang ini, saya stop impor," katanya.

Menurutnya, dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ini justru sangat terasa di bulan-bulan mendatang. Sebab, transaksi pemesanan barang impor seperti mesin las dan bor yang menjadi bidang usahanya itu dilakukan minimal tiga bulan sekali.

"Setidaknya kita negosiasi ulang dengan produsen untuk menunda pemesanan hingga satu bulan ke depan, atau paling tidak sampai nilai rupiah membaik," katanya.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Salip Jatim, Jakarta Pimpin Perolehan Medali Emas PON XXI

    access_time14-09-2024 remove_red_eye1220 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Klasemen Sementara PON XXI, Jakarta Terus Bayangi Jawa Timur

    access_time13-09-2024 remove_red_eye1115 personAldi Geri Lumban Tobing
  3. Warga Serbu Pasar Murah di Kelurahan Dukuh

    access_time18-09-2024 remove_red_eye1046 personNurito
  4. Ini Penerima DTKJ Award 2024

    access_time19-09-2024 remove_red_eye914 personTiyo Surya Sakti
  5. Kalahkan Juara Bertahan, Atlet Tarung Derajat Fariuddin Ishafahani Raih Emas di PON XXI

    access_time19-09-2024 remove_red_eye842 personAldi Geri Lumban Tobing