Wagub Apresiasi DRD DKI dan LIPI Adakan Webinar Peningkatan Kualitas Udara
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengapresiasi Dewan Riset Daerah (DRD) DKI dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) atas terlaksananya kegiatan diskusi virtual melalui zoom meeting, terkait peningkatan kualitas udara di lingkungan kerja, khususnya di ibu kota.
Saya sampaikan apresiasi atas digelarnya webinar ini,
Ia mengatakan hal ini layak diikuti oleh para pelaku usaha, pemerintah dan masyarakat umum, karena sejalan dengan kondisi di masa pandemi COVID-19, terutama dalam pengaturan kualitas udara di lingkungan kerja.
"Saya sampaikan apresiasi atas digelarnya webinar ini. Semoga dapat memberikan persepsi yang seragam serta informasi yang memadai tentang perlunya meminimalisir penyebaran pandemi, terutama di lingkungan perkantoran," ujar Wagub Ariza yang juga menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut, Rabu (23/9).
Pemprov DKI Sampaikan Penjelasan Raperda Penanggulangan COVID-19 Dalam Rapat Paripurna DPRDWagub Ariza juga menyebutkan kasus penularan COVID-19 di DKI Jakarta terbanyak berasal dari klaster perkantoran, baik kantor pemerintahan maupun swasta.
Data per 18 September 2020 menyebutkan, kantor kementerian menyumbang 1.223 kasus, disusul kantor swasta 639 kasus, lalu kantor badan atau lembaga negara 625 kasus, kantir Pemprov DKI Jakarta 601 kasus, sekaligus pasar ada 324 kasus.
Wagub Ariza menjelaskan untuk lingkungan pemerintahan, pihaknya mengizinkan 25 persen dari pegawai untuk bisa masuk dan bekerja dari kantor, sesuai dengan peraturan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) RI.
"Begitu juga perkantoran swasta non esensial, yang masih bisa beroperasi dengan pembatasan kapasitas maksimal 25 persen. Namun, jika ditemukan kasus positif maka seluruh lokasi gedung akan ditutup paling sedikit tiga hari operasional," tandas Wagub Ariza.
Perlu diketahui, webinar tersebut diikuti oleh Kepala LIPI, Laksana Tri Handoko; Ketua Dewan Riset Daerah (DRD) DKI Jakarta, Kemas Ridwan Kurniawan; serta beberapa pakar seperti Pratiwi Pujilestari Sudarmono, Nasrudin Joko Surjono, Medisa Aris Ginanjar, serta Hardi Junaedi.