Dinas Kebudayaan Bakal Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Gereja Immanuel
Dinas Kebudayaan DKI Jakarta akan merevitalisasi bangunan cagar budaya Gereja Immanuel di Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir, Jakarta Pusat. Revitalisasi mencakup perawatan, perbaikan, beautifikasi dan peningkatan interior maupun eksterior gereja yang dibangun sekitar tahun 1830 tersebut.
Sudah dilakukan tiga kali sidang cagar budaya
Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, revitalisasi akan membuat bangunan gereja menjadi lebih menarik dan nyaman tanpa mengurangi keaslian bangunan secara keseluruhan sesuai kaidah-kaidah cagar budaya.
"Revitalisasi untuk interior mencakup di antaranya ruang ibadah, mimbar, dan balkon lantai dua. Sementara, pada bagian eksterior mencakup taman-taman dan tumbuhan ditata, aspal dan pedesterian di area gereja juga ditata lebih rapi lagi," ujarnya, Jumat (23/4).
Revitalisasi Masjid Luar Batang Capai 95 PersenIwan menjelaskan, Gereja Immanuel yang masuk ke dalam bangunan cagar budaya ini akan tetap terjaga kelestariannya dan menjadi bagian dari program kawasan religi di Jakarta.
Progres revitalisasi Gereja Immanuel saat ini dalam tahap pengurusan administrasi dan proyek penger
jaan ditargetkan sudah dapat dimulai pada Minggu ketiga Mei 2021."Sudah dilakukan tiga kali sidang cagar budaya, sudah dapat rekomendasi dan disetujui perencanaannya. Targetnya Natal tahun ini jemaat sudah bisa beribadah dengan tampilan bangunan gereja yang lebih bagus," ungkapnya.
Menurutnya, berdasarkan rapat koordinasi dan pertemuan dengan jemaat maupun majelis gereja sebelumnya, revitalisasi Gereja Immanuel mendapat respon positif dari jemaat dan majelis.
"Selama revitalisasi berlangsung, jemaat akan beribadah menggunakan ruangan lain yang lokasinya tidak jauh dari gereja," terangnya.
Iwan menambahkan, Gereja Immanuel bakal menjadi salah satu wisata destinasi religi dan edukasi sejarah di Jakarta yang dapat memberikan pengalaman tidak terlupakan bagi jemaat maupun pengunjung.
"Saya berharap Jakarta bukan hanya sekadar menjadi wisata rekreasi semata. Tapi, bisa menyajikan wisata sarat nilai religi atau keagamaan, kebudayaan, dan sejarah sebagai representasi peradaban Jakarta," tandasnya.