You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
limbah tahu ilustrasi
limbah tahu ilustrasi .
photo doc - Beritajakarta.id

Limbah Tahu di Jaktim Cemari Lingkungan

Tahu yang merupakan salah satu makanan favorit warga banyak di produksi di Jakarta Timur. Namun demikian, pengolahan limbah pabrik yang tidak sesuai persyaratan hingga mencemari lingkungan menjadi salah satu persoalan yang masih sulit ditangani. Di Jakarta Timur, sedikitnya ada 50 pabrik tahu.  

Kita sudah sarankan agar dilakukan konversi energi dari kayu bakar ke gas. Namun, menurut mereka harga gas cukup mahal

"Tahu merupakan industri kecil menengah yang tergolong industri padat karya. Industri tersebut mampu menyerap banyak tenaga kerja," ujar Tuti Kurniati, Kepala Suku Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Timur, Sabtu (24/5).

Yang menjadi masalah, kata Tuti, ada beberapa pabrik yang tidak mengolah limbahnya secara benar karena pengolahannya cukup kompleks. Hal itu berdampak negatif seperti, polusi air, udara, sumber penyakit, bau tidak sedap sehingga meningkatkan pertumbuhan nyamuk dan menurunkan keindahan lingkungan.

Sistem Polder Bisa Atasi Banjir di Jakut

"Ada kemungkinan masyarakat terkena demam berdarah karena limbah itu," ucapnya.

Selain limbah tidak diolah, lanjut Tuti, pabrik tahu juga sering mengesampingkan prinsip ketertiban, kerapian, kebersihan, kelestarian, kedisiplinan dan Safety (5K+S). Sementara, jika proses produksi dilakukan dengan prinsip 5K + S dapat meminimalisir dampak buruk yang ditimbulkan bagi produk maupun limbahnya.

Selain itu, kayu bakar juga merupakan salah satu hambatan yang dihadapi pabrik tahu. Penggunaan kayu bakar yang banyak untuk proses produksi dapat menyebabkan polusi udara. "Kita sudah sarankan agar dilakukan konversi energi dari kayu bakar ke gas. Namun, menurut mereka harga gas cukup mahal," jelas Tuti.

Dikatakan Tuti, pengusaha pabrik tahu bersedia melakukan konversi kayu bakar ke gas, namun diharapkan ada insentif atau subsidi gas bagi usahanya. "Kita akan berikan subsidi mengingat bahan bakar merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan usaha," ujarnya.

Pihaknya, lanjut Tuti, berharap nantinya pengolahan limbah menjadi sarana penting yang tidak diabaikan. Pada masa mendatang, instalasi pengolahan limbah dapat diarahkan dengan bantuan dari berbagai pihak seperti Corporate Social Responsibility (CSR). Selain itu, pendampingan teknis pun diperlukan guna meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keahlian pelaku industri. Sehingga proses produksi yang bersih itu dapat meningkatkan kualitas produk hingga perilaku pekerja.

Ditambahkan Tuti, untuk isu formalin yang digunakan saat produksi sebagai pengawet, pihaknya tidak menemukan hal tersebut ketika melakukan pengecekan di lapangan.

"Kita lakukan pengecekan di lapangan, mereka tidak ada yang menggunakan formalin. Tapi, kemungkinan besar yang memakai formalin itu adalah pedagang eceran, jika tahunya tidak laku," tandasnya.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Gerimis Basahi Sebagian Jakarta Siang Ini

    access_time12-05-2024 remove_red_eye1822 personAnita Karyati
  2. Personel Gabungan Gelar AKMP di RW 02 Kebon Pala

    access_time12-05-2024 remove_red_eye1822 personNurito
  3. 1.461 Penumpang Tiba di Terminal Terpadu Pulogebang

    access_time12-05-2024 remove_red_eye1818 personNurito
  4. 42.878 Wisatawan Kunjungi Kawasan Monas

    access_time12-05-2024 remove_red_eye1786 personBudhi Firmansyah Surapati
  5. Libur Panjang, Ancol Disambangi 130.000 Wisatawan

    access_time12-05-2024 remove_red_eye1737 personAnita Karyati