Puskesmas Pasar Rebo Serahkan Kasus Bayi Meninggal ke IDI
Kepala Puskesmas Kecamatan Pasa Rebo, Maryati Kasiman mengatakan, kasus meninggalnya Razqa Alkholifi Pamudji (5 bulan) telah diserahkan ke Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jakarta Timur. Pihaknya juga menyerahkan kepada IDI untuk melakukan pemeriksaan terhadap dokter yang saat itu menangani pasien balita tersebut.
Belum diketahui penyakit lain yang diderita pasien hingga akhirnya meninggal dunia. Kami sudah laporkan ke IDI Jakarta Timur untuk dilakukan pemeriksaan
Ia menjelaskan, dokter yang menangani pasien ini bernama Bono Suwignyo. Orang tersebut merupakan dokter umum non pegawai negeri sipil (PNS) yang baru bekerja sekitar lima tahun.
"Belum diketahui penyakit lain yang diderita pasien hingga akhirnya meninggal dunia. Kami sudah laporkan ke IDI Jakarta Timur untuk dilakukan pemeriksaan," katanya, Rabu (18/5).
Sudin Kesehatan Jaktim Selidiki Meninggalnya Bayi 5 BulanMenurutnya, jika dalam pemeriksaan IDI ditemukan terjadi pelanggaran medis, dokter tersebut akan dikeluarkan dari Puskemas Pasar Rebo. Terkait dengan pelanggaran kode etik kedokteran akan diserahkan kepada Majelis Kode Etik Kedokteran.
Maryati menampik, adanya malapraktik atas Razqa Alkholifi Pamudji. Bayi laki-laki tersebut diduga meninggal dunia karena penyebab lain yang harus diselidiki lebih lanjut, termasuk dengan cara autopsi.
"Kami tidak melakukan malapraktik, karena sudah menjalankan sesuai prosedur. Kami siap diperiksa polisi maupun petugas terkait," lanjut Maryati.
Dikatakan Maryati, pada Rabu (11/5) lalu, korban diantar orangtuanya untuk imunisasi DPT 3 di puskesmasnya. Karena demam tinggi, pada Minggu (15/5), korban dibawa kembali ke puskemas ini untuk berobat. Pihaknya kala itu menganjurkan keluarga korban untuk melakukan pengambilan sampel darah balitanya itu pada Senin (16/5). Namun yang bersangkutan tidak hadir.
"Hari Minggu itu kita tidak lakukan pengambilan darah karena pasien baru demam hari kedua. Prosedurnya, pengambilan darah dilakukan setelah hari ketiga," terangnya.
Ia menambahkan, pengambilan sampel darah dilakukan jika ada faktor lain yang menyebabkan kondisi gawat sangat tinggi. Bila kondisinya demikian, sampel darah bisa diambil walaupun pasien baru menderita demam di hari pertama. Misalnya, pendarahan, kejang, kaku kudukan dan kesadaran menurun.