You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Rasio Jalan di Ibu Kota Belum Ideal
.
photo doc - Beritajakarta.id

Penambahan Rasio Jalan di Ibu Kota Sulit Tercapai

Untuk mengatasi kemacetan, selain terus memperbaiki sarana dan prasarana transportasi massal, Pemprov DKI Jakarta juga terus berupaya menambah rasio jalan di ibu kota. Sebab, rasio jalan yang ada saat ini masih belum memadai atau hanya 7,159 persen dari luas ibu kota. Padahal, idealnya rasio jalan di kota Jakarta mencapai 12 persen dari total luas wilayah. 

Sudah ada kenaikan, tapi jumlahnya memang belum signifikan

Kabid Jalan, Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta, Juaini Yusuf mengatakan, meski belum memadai, rasio jalan di ibu kota terus meningkat. Jika pada tahun 2012 hanya sebesar 6,2 persen, kini bertambah menjadi 7,159. Penambahan yang paling menonjol berasal dari pembangunan ruas jalan layang non tol (JLNT) Antasari - Blok M dan Kampung Melayu - Tanah Abang. 

"Sudah ada kenaikan, tapi jumlahnya memang belum signifikan. Saat ini rasio jalan di Jakarta mencapai 7,159 persen dari luas wilayah yang ada," ujar Juaini, Sabtu (30/8).

Sistem Satu Arah di JLNT Antasari Akan Dipermanenkan

Dikatakan Juaini, luas daratan Jakarta saat ini sekitar 661 kilometer persegi. Sedangkan total luas jalan di ibu kota mencapai 42.420.701 meter persegi dengan panjang 6.864.916 kilometer.

Diakui Juaini, penambahan rasio jalan di ibu kota sulit tercapai karena tingginya pertumbuhan jumlah pengguna kendaraan pribadi. Tercatat, penambahan volume mobil rata-rata sebanyak 300 unit per hari dan volume sepeda motor bertambah 1.000 unit setiap hari. Sulitnya pembebasan lahan juga menjadi kendala tersendiri dala upaya menambah rasio jalan di ibu kota.

Untuk itu, kata Juaini, pihaknya terus berupaya menambah jaringan jalan. Salah satunya dengan membangun enam ruas jalan tol baru dalam waktu dekat.

Proyek pembangunan 6 ruas tol dalam kota akan dibagi menjadi 4 tahap dan direncanakan selesai pada 2022. Tahap pertama, ruas Semanan-Sunter sepanjang 20,23 kilometer dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun dan koridor Sunter-Pulo Gebang sepanjang 9,44 kilometer senilai Rp 7,37 triliun.

Tahap kedua, Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 12,65 kilometer dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun dan Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,60 kilometer senilai Rp 6,95 triliun.

Tahap ketiga, koridor Ulujami-Tanah Abang dengan panjang 8,70 kilometer dengan nilai investasi Rp 4,25 triliun.

Terakhir, Pasar Minggu-Casablanca sepanjang 9,15 kilometer dengan investasi Rp 5,71 triliun. Total panjang ruas enam tol dalam kota yakni 69,77 kilometer.

Anggota Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta, M Sanusi mengatakan, penambahan jalan di Jakarta juga harus memperhatikan masalah teknis dan non teknis. Terlebih pembebasan lahan di Jakarta saat ini terbilang sulit. Sehingga dirinya menyarankan, agar penambahan jalan di ibu kota hendaknya berupa jalan layang atau elevated.

"Jalan layang menurut saya akan lebih memungkinkan. Karena kita tahu kendalanya adalah pembebasan lahan," tandas Sanusi.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. 14.485 Wisatawan Telah Kunjungi Kepulauan Seribu

    access_time03-04-2025 remove_red_eye884 personAnita Karyati
  2. Wagub Rano Sapa Pengunjung Acara Lebaran di Jakarta

    access_time05-04-2025 remove_red_eye806 personBudhi Firmansyah Surapati
  3. Arus Balik di Terminal Kampung Rambutan Meningkat

    access_time04-04-2025 remove_red_eye719 personNurito
  4. 34.950 Pemudik Tiba di Stasiun Senen dan Gambir Hari Ini

    access_time04-04-2025 remove_red_eye712 personBudhi Firmansyah Surapati
  5. ASN Pemprov DKI dan Warga Padati Open House Lebaran Wagub Rano

    access_time01-04-2025 remove_red_eye693 personFolmer

Hitung Mundur 22 Juni 2027

00
Hari
00
Jam
00
Menit
00
Detik