You don't have javascript enabled. Good luck with that.
Pencarian
Menelusuri Budaya Betawi di Batik Betawi Terogong
.
photo Rezki Apriliya Iskandar - Beritajakarta.id

Mengenal Lebih Dekat Batik Betawi Terogong

Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas motif batik. Tak terkecuali bagi wilayah DKI Jakarta yang juga dikenal kaya dengan beragam jenis motif batik Betawi-nya. Salah satunya dan sudah dikenal sejak dulu yakni Batik Betawi Terogong.

Saya ingin Terogong menjadi pusatnya batik Betawi. Jadi orang-orang kalau mau cari batik Betawi ya mereka datang ke sini,

Untuk mengenal lebih dekat lagi dengan Batik Betawi Terogong, kita bisa menyambangi kawasan Terogong atau tepatnya di Jl Terogong III, No 27 C, RT 09/10, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Lokasinya yang berada di antara apartemen dan sekolah internasional Jakarta International School (JIS) membuat kita mudah menemukan kampung Batik Betawi Terogong. Spanduk bertuliskan 'Batik Betawi Terogong' dengan slogan 'Tinggal di Betawi Kudu Pake Batik Betawi' akan menyambut begitu kita menginjakkan kaki di kawasan tersebut.

Pendiri sekaligus pemilik Batik Betawi Terogong, Siti Laela menceritakan, batik Betawi sebenarnya sudah ada dan dikenal sejak tahun 1960. Waktu itu motifnya kebanyakan hanya bunga-bunga. Saat itu, kenang Laela, kawasan industri batik meliputi wilayah Tanah Abang dari Karet Tengsin, Palmerah, Kebayoran sampai Tebet yang didominasi pengusaha batik yang merupakan masyarakat Tionghoa.

Pulau Untung Jawa Bersolek Sambut HUT ke-494 Jakarta

"Dulu pekerjaan ibu-ibu di sini (Terogong) selain ke sawah juga membatik. Jadi sambil nunggu panen, mereka membatik. Waktu masih kecil, saya masih sempat melihat ibu-ibu di sini membatik dan ada keluarga saya juga yang membatik. Mereka mengambil kain dari Palmerah yang merupakan salah satu pusat industri batik di Jakarta waktu itu," ujar Laela, saat ditemui di kawasan Terogong, Cilandak, Jumat (18/6).

Memasuki sekitar tahun 1970, keberadaan Batik Betawi mulai redup pamornya. Tradisi membatik mulai hilang seiring munculnya modernisasi yang berdampak pada tenggelamnya Batik Betawi di Terogong. Namun, seiring berjalannya waktu pada September 2012, Laela dan keluarganya menghidupkan kembali Terogong sebagai Kampung Batik Betawi untuk melestarikan batik Betawi.

"Awal mula berdirinya Batik Betawi Terogong karena keprihatinan saya sebagai orang Betawi, di mana Betawi ada di Jakarta dan banyak batik dari berbagai daerah dijual di Jakarta. Sementara di Jakarta waktu saya kecil sudah banyak warga di sini yang membatik," kata Laela yang juga berprofesi sebagai guru di salah satu SMK di Jakarta Selatan.

Sebelum mendirikan Batik Betawi Terogong, Laela sempat mengikuti pelatihan membatik pada September 2011. Saat itu Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) memberikan pelatihan membatik selama tiga bulan kepada warga Terogong. Laela bersama keluarganya menjadi salah satu pesertanya.

"Setelah ikut pelatihan, saya dan saudara mulai membuat usaha batik di September 2012. Di awal kami cuma bikin batik tulis, belum bikin batik cap. Berjalannya waktu kami mulai promosikan Batik Betawi Terogong di berbagai kesempatan. Batik kami juga pernah dipesan oleh aktris Maudy Koesnaedi untuk dipakai pentas di Gedung Kesenian Jakarta. Kami juga pernah ikut memberikan pelatihan membatik untuk finalis Putri Indonesia. Akhirnya dari mulut ke mulut, Batik Betawi Terogong dikenal luas. Alhamdulillah," tutur Laela.

Menurutnya, pemilihan nama Batik Betawi Terogong karena ia ingin mengangkat nama Terogong ke masyarakat luas. Terlebih lagi Terogong merupakan tempatnya lahir, besar, dan tumbuh hingga dewasa.

Ragam motif dan corak khas Betawi yang ikonis sarat akan nilai dan filosofi Betawi membuat Batik Betawi Terogong diminati masyarakat. Mulai dari motif ondel-ondel, Monumen Nasional (Monas), Patung Pancoran, abang-none, bajaj, bemo, tanjidor, kembang kelapa, kembang sepatu, daun semanggi, burung hong, cermai hingga buah mengkudu.

Dijelaskan Laela, motif buah mengkudu dan cermai menjadi ciri khas atau signature Batik Betawi Terogong dengan elemen warna-warna cerah seperti oranye, merah, ungu, kuning, dan hijau. Ini membedakan dengan batik daerah lain seperti Batik Pekalongan, Batik Solo, Batik Yogyakarta, atau Batik Cirebon yang cenderung mempunyai warna gelap.

"Bedanya Batik Betawi dengan daerah lain itu pada motif dan warnanya. Warna-warna Batik Betawi lebih ngejreng, lebih cerah karena dipengaruhi budaya Tiongkok di wilayah pesisir utara Pulau Jawa. Tapi sekarang ini saya nggak terlalu ikut pakem yang ada karena banyak konsumen saya yang suka batik Betawi tapi nggak suka warna yang terlalu terang. Jadi saya ikuti selera pasar juga. Konsumen bisa dibuatkan batiknya sesuai permintaan khusus mereka," katanya.

Sedangkan motif ondel-ondel pada batik Betawi Terogong menjadi yang paling banyak diminati konsumen baik lokal maupun mancanegara karena motif ini menampilkan identitas kental budaya Betawi.

"Ciri khas Batik Betawi Terogong itu motifnya ondel-ondel. Ini motif yang paling banyak diminati konsumen. Ada juga motif tebar mengkudu. Kami pakai motif mengkudu karena pohonnya di sini terkenal banget. Biasanya warga di sini bikin nasi goreng dengan daun mengkudu, bikin pepes pakai daun mengkudu, dan daunnya juga bisa dibuat obat," tuturnya.

Proses pembuatan Batik Betawi Terogong masih dilakukan secara konvensional mulai dari menggambar pola menggunakan pensil, mewarnai hingga mencanting kain dengan cairan malam (lelehan lilin batik).

"Karyawan tetap di sini ada dua orang yang bertugas mengecat, mewarnai tapi kalau yang melakukan pencantingan itu ibu-ibu sekitar sini. Saya nggak cuma ingin melestarikan Batik Betawi tetapi juga ingin memberdayakan ibu-ibu di sini. Mereka ibu-ibu rumah tangga. Dengan membatik, mereka bisa punya penghasilan tambahan untuk keluarganya," ucap Laela penuh semangat.

Batik cap dan batik tulis tersedia di Batik Betawi Terogong. Proses pembuatan batik cap bisa memakan waktu satu hari (satu warna) dan dua sampai tiga hari (untuk dua warna). Sedangkan untuk pembuatan batik tulis bisa sampai dua minggu untuk satu helai kainnya.

Untuk memaksimalkan penjualan, pihaknya memanfaatkan media sosial sebagai sarana berjualan berupa Instagram di @batikbetawiterogong dan juga melalui aplikasi percakapan WhatsApp.

Untuk harga batik cap, sambung Laela, dimulai dari Rp 150 ribu sampai Rp 800 ribu per helai kain ukuran 210 cm x 115 cm. Harga batik tulis dimulai dari Rp 700 ribu sampai di atas Rp 1 juta untuk ukuran yang sama.

"Setiap bulan kami produksi batik cap 50-80 helai kain. Batik tulis kami produksi 5-8 potong helai karena pembuatannya lebih rumit. Sedangkan omzet setiap bulannya kami bisa raih sekitar Rp 20 juta-Rp 30 juta," ungkap wanita kelahiran Jakarta, 27 September 1963 ini.

Laela juga berharap ke depan, Batik Betawi Terogong bisa lebih berkembang dan menjadi sentra batik Betawi di wilayah DKI Jakarta.

"Harapan saya, ingin lebih mengembangkan batik Betawi. Saya ingin Terogong menjadi pusatnya batik Betawi. Jadi orang-orang kalau mau cari batik Betawi ya mereka datang ke sini," tandas Laela.

Berita Terkait
Berita Terpopuler indeks
  1. Kolaborasi Transjakarta - Telkomsel Tingkatkan Pelayanan bagi Pelanggan

    access_time19-12-2024 remove_red_eye1447 personAldi Geri Lumban Tobing
  2. Pemprov DKI Tetapkan UMSP 2025, Ini Rinciannya

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1370 personFolmer
  3. Operasi Modifikasi Cuaca Efektif Kurangi Curah Hujan di DKI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1282 personBudhi Firmansyah Surapati
  4. Transjakarta Uji Coba Layanan 'Open Top Tour of Jakarta'

    access_time21-12-2024 remove_red_eye1247 personAldi Geri Lumban Tobing
  5. Pemprov DKI Raih Penghargaan Indeks Reformasi Hukum dari Kementerian Hukum RI

    access_time16-12-2024 remove_red_eye1123 personFolmer